Jumat, 3 Oktober 2025

Kisah Pilu Keluarga Miskin Tinggal di Kandang Kerbau di Hutan Pekalongan, Dua Anaknya Cacat

Kehidupan yang keras harus dialami Wiwit Setianingsih (16) dan adiknya Vivi Ratnasari (10).

Editor: Sugiyarto
Tribun Jateng, Budi Susanto
Kondisi gubuk yang ditempati keluarga Dasirin bersama keluarga yang terletak di tengah hutan Bukit Mangger, Desa Sengare, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan, Sabtu (1/9/2018). 

Sementara itu Dasirin menerangkan, terpaksa mengajak anak dan istrinya tinggal jauh dari pemukiman karena tak punya tempat tinggal.

"Mau bagaimana lagi kami tidak punya apa-apa, untuk menyambung hidup saja kami harus banting tulang naik turun bukit menjadi buruh tani, dan merawat ternak berupa kerbau milik orang," imbuhnya.

Dasirin sendiri sudah satu tahun tinggal di puncak Bukit Mengger, dan keluarganya ia ajak kurang lebih empat bulan lalu.

"Kedua anak saya tak pernah mengeluh, mereka tau kondisi keluarga. Walaupun demikian kadang saya sangat sedih melihat kondisi kedua anak saya," tambahnya.

Mata lelaki paruh baya itu berkaca-kaca kala menceritakan kehidupan keluarganya yang tinggal menyendiri di atas bukit.

"Ketika malam dan istri saya sering menangis melihat kondisi anak-anak, karena kedua anak kami punya keterbatasan ditambah ekonomi kami seperti ini.

Wiwit Setianingsih (16) dan adiknya Vivi Ratnasari (10),  dalam gubuk di tengah hutan Bukit Mangger, Desa Sengare, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan, Sabtu (1/9/2018).  (Tribun Jateng/Budi Susanto)
Wiwit Setianingsih (16) dan adiknya Vivi Ratnasari (10), dalam gubuk di tengah hutan Bukit Mangger, Desa Sengare, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan, Sabtu (1/9/2018). (Tribun Jateng/Budi Susanto) 

Kadang Wiwit dan Vivi mengatakan kepada saya ingin jadi orang pintar dan ingin belajar terus menerus. Tapi apa daya kami keadaan ini memaksa kami hidup di kondisi seperti ini," kata Dasirin.

Guna mencukupi kebutuhan sehari-hari, tak jarang Dasirin memanfaatkan buah-buahan dan umbi yang ada di sekitar hutan.

"Adanya umbi ya kami makan, beruntung kalau ada buah. Hanya itu yang bisa kami berikan ke anak-anak. 

Beberapa waktu lalu saya juga salah memakan umbi hingga keracunan, kadang binatang hutan juga masuk ke gubuk kami saat anak-anak tinggal sendiri di gubuk. Kami tak bisa berharap apa-apa dan hanya bisa bertahan," timpalnya.(Budi Susanto)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved