Cerita Saksi Mata, Tersangka Sempat Cuci Tangan dan Parangnya Usai Perlakukan Korban Secara Sadis
Mungkin karena tersinggung dan kejiwaannya kumat, tersangka masuk kedalam kamar mengambil sebuah pisau belati lalu menghujam korban
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kejadian pembunuhan mengerikan terjadi di Jalan Antasura gang Suar No 2 Denpasar, Kamis (22/2/2018).
Nyoman Kertiasa meninggal setelah dibunuh Agus Susatra hingga usus korban terburai, korban berasal dari Desa Sembung, Mengwi, Badung, tapi tinggal di gang Tohjiwa, jalan Ayani Denpasar Utara.
Kasus itu berawal saat korban datang bersama kakak tersangka bernama Ni Ketut Puspiami sekitar pukul 10.30 Wita bertujuan hendak mengobati gangguan jiwa yang diidap tersangka.
Saat didatangi tersangka sedang duduk di depan kamar, korban sempat memeriksa tangan tersangka dan meminta sesajen kepada ibu tersangka bernama Ni Wayan Sutri.
Mungkin karena tersinggung dan kejiwaannya kumat, tersangka masuk kedalam kamar mengambil sebuah pisau belati lalu menghujam korban.
Dengan kondisi berlumuran darah, korban sempat lari dan akhirnya terjatuh di depan dapur tersangka.
Saat itu tersangka menaruh pisaunya lalu ke dapur untuk mengambil parang atau belakas lalu menghujam korban pada bagian leher, lalu membelah dada korban hingga ke perut bagian kanan.
Setelah melakukan perbuatan mengerikan itu, tersangka sempat mencuci tangan dan parang yang digunakan untuk menghabisi korban lalu duduk di kursi yang berada di depan dapur.
Selang beberapa saat datanglah polisi dan aparat desa mengamankan tersangka.
I Wayan Wiarsa Putra keponakan korban mengatakan, dirinya melihat langsung detik-detik tersangka menikam korban.
"Pas kejadian saya melihat tersangka sedang menikam korban menggunakan belakas, karena takut saya langsung berlari meminta bantuan ke tetangga di sebelah," ucapnya.
Agus Susatra merupakan anak kelima dari enam bersaudara.
Dirinya dikenal memiliki sifat yang pendiam dan tertutup, keseharianya terkadang membuat layangan dan menbantu ibunya di dapur.
Gangguan kejiwaan yang dialami Agus terlihat setelah tamat SMK, waktu itu dia pernah merobohkan bale dangin hingga rata dengan tanah.
"Mungkin karena dia tersinggung dan merasa diusik, dia melakukan perbuatan tersebut, sebelumnya dia tidak pernah seperti ini, bahkan di rumah ini sering dijadikan tempat les anak-anak SD, dia tidak pernah berulah," ujar Wayan Wiarsa Putra.