Wow! Kaligrafi Retak Abay Dikenal hingga ke Paris
Beberapa kaligrafi latin karyanya di antaranya sajak-sajak Taufik Ismail hingga isi pidato Presiden Soekarno.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Isa Rian Fadilah
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - KESEHARIAN Dr Abay D Subarna (76) sebagai dosen tak menghentikan hobinya melukis.
Hobinya melukis ia tuangkan dalam kaligrafi, sesuatu yang sungguh menarik hatinya sejak pertama melihatnya dalam acara Konferensi Islam Asia Afrika di Bandung, 52 tahun silam.
TAK hanya sebagai produk karya seni, Abay, yang menyelesaikan studi S3 di Prancis, juga menggarap kaligrafi Islam pada karya tulis ilmiahnya.
Itu ia lakukan pada tesisnya ketika menyelesaikan pendidikan S2 di ITB.
Ketika itu, kata Abay, semarak kaligrafi sebagai seni mulai terasa di Indonesia pascaterjadinya Gestapu (Gerakan Tiga Puluh September ) 1965.
Saat itu, menurut Abay, banyak seniman mulai mencari identitas antikomunis.
Abay pun makin mendalami seni rupa kaligrafi.
Pria kelahiran Limbangan, Kabupaten Garut, ini mengaku telah membawa lukisan kaligrafinya ke lebih dari 100 pameran seni lukis di Indonesia dan mancanegara.
Di antaranya Surabaya, Semarang, Bandung, dan Jakarta.
Ia juga pernah memamerkan karyanya di Kuala Lumpur, Brunei Darussalam, Belanda, dan Prancis.
Di Belanda, pameran dilakukan di Rijswijk, sedangkan di Prancis digelar di Paris.
"Saya mempelajari teknis bagaimana membuat lukisan itu tidak satu gaya. Lukisan saya ada retakan, ada yang pakai garis-garis geometris. Saya tidak hanya melukis, tapi juga mempelajari inti lukisan dalam Islam. Saya berpegang pada hadis-hadis yang melarang menggambar makhluk- makhluk bernyawa. Kalaupun saya melukis manusia, saya buat abstrak," ujarnya saat ditemui di Pusdai, Kota Bandung, Kamis (23/11/2017).
Bagi Abay, melukis sudah merupakan kebutuhannya seperti makan dan minum.
Dalam melukis, salah satu teknik yang dilakukan Abay adalah melukis di bawah terik matahari.
Ini dilakukannya untuk menghasilkan efek retak di dalam lukisannya.
Kaligrafi pada lukisannya pun timbul. Banyak jenis lukisan kaligrafi yang lahir dari tangan Abay.
Selain kaligrafi huruf Arab yang diambil dari ayat suci Alquran, Abay menggarap kaligrafi huruf latin.
Beberapa kaligrafi latin karyanya di antaranya sajak-sajak Taufik Ismail hingga isi pidato Presiden Soekarno.
"Lukisan saya yang paling bermakna bagi saya adalah lukisan kaligrafi Adh Dhuha. Saya begitu senang dengan lukisan ini sehingga saya pasang harga tinggi sekali supaya tidak ada yang membeli. Akhirnya Pak Bustanil Arifin (mantan menteri koperasi Indonesia) membelinya Rp 60 juta ketika itu. Kalau saya punya uang, saya ingin memilikinya lagi," ucapnya.
Pada lukisan kaligrafi geometris, ia menerapkan konsep hubungan manusia dengan manusia yang dituangkan pada garis horizontal, hubungan manusia dengan Tuhan pada garis vertikal, dan hubungan manusia dengan alam pada garis-garis lainnya.
Ia begitu gemar membuat kaligrafi yang berisi doa sapujagat yang tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 201.
"Sekarang paling banyak kaligrafi robbana atina (Al Baqarah ayat 201). Saya terus melukis karena setiap orang harus mewariskan sesuatu kepada generasi muda. Terakhir saya membuat kaligrafi robbana atina," katanya. (*)