Kamis, 2 Oktober 2025

Penyanderaan di Papua

Cerita Korban Penyanderaan: Tak Boleh Lagi Berkeliaran Mulai Jam 6 Sore, Listrik pun Dimatikan

Selama masa penyanderaan, para korban hampir tiap hari masih bisa berkomunikasi dengan keluarga menggunakan telepon selular (ponsel).

Editor: Dewi Agustina
Tribun Jateng/Hesty Imaniar
Warga ngobrol santai di Kedondong, Kecamatan Demak, Jateng, setelah bebas dari penyanderaan oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) di Mimika, Papua. TRIBUN JATENG/HESTY IMANIAR 

Menurut dia, harga sewa tergantung dari luas lahan yang ada. Antara Rp 3 juta sampai Rp 10 juta per bulan.

"Kita menambang kan di aliran sungai. Nah lahan itu dilintasi aliran sungai yang ditambang itu. Wilayah yang kita tambang sudah di luar area perusahaan Freeport," ucapnya.

Sudah Tradisi
Kepala Desa Kedondong, Kecamatan Demak, Sistianto, mengakui banyak warga desa yang dipimpinnya merantau ke Papua.

Tradisi merantau ke pulau di ujung timur Indonesia ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu.

Baca: Kisah Anak Pendeta Memeluk Islam, Niatnya Sempat Tertunda karena Dikejar-kejar Sang Ayah

"Banyak yang merantau ke sana, sudah lama, berlangsung sejak puluhan tahun lalu," kata Sistianto, kepada Tribun Jateng, Kamis (23/11/2017).

Warga yang merantau di Papua tak semuanya bermukim di sana dalam jangka waktu yang lama. Sebagian di antaranya, ke Papua hanya saat di desa sedang tak musim tanam, dan tak ada pekerjaan lain yang bisa diandalkan untuk mencukupi kebutuhan.

Sehingga, ketika sudah dirasa mendapat penghasilan yang cukup, sebagian dari mereka memilih untuk pulang kampung.

Sementara sebagian lainnya memilih tinggal di sana, dan penghasilan yang ada dikirimkan ke keluarga.

"Rombongan kemarin ke sana karena di desa sedang kemarau. Sebagian kalau sudah cukup dapat uangnya ya pulang, sebagian lagi ya ada yang masih di sana, uang untuk keluarga ditransfer," ucapnya.

Menurut dia, mayoritas warga di sana bekerja mendulang emas secara manual. Dikatakan, pada sekitar bulan Desember - Januari, usaha penambangan emas secara tradisional sedang bagus.

"Desember - Januari ramai menambang emas, karena Freeport sedang buang limbah," katanya.

Baca: Kisah Slamet Dikejar Pelaku Penyanderaan hingga Sembunyi di Tempat Pembuangan Kotoran

Lantaran saat ini sedang musim tanam, maka warga yang pulang usai insiden penyanderaan akan kembali terjun ke sawah. Terlebih saat ini musim tanam sudah dimulai.

"Habis ini ya ke sawah lagi, bercocok tanam, kan sudah mulai musim tanam," imbuhnya.

Setiap berangkat ke Papua maupun sepulang dari sana, warga terbiasa berombongan. Di sana warga juga tinggal secara berkelompok.

"Ada yang dituakan, semacam mandor yang mengkoordinir warta dari sini," ungkapnya. (tribunjateng/cetak/lipsus)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved