Pilgub Jawa Timur
Tiga Tokoh Berpeluang Pimpin Jawa Timur, Ini Hasil Surveinya
"Tinggal bagaimana nanti mesin partai, ormas pendukung dan relawan bekerja maksimal untuk mengambil suara swing voters," tuturnya.
"Artinya partisipasi pemilih hanya akan berkisat di 71,2 persen dari Daftar pemilih dan sementara 28,8 persen tidak ingin dan tidak tertarik berpartisipasi dalam Pilgub," katanya.
Dalam survei yang dilakukan terhadap 1089 responden provinsi Jawa Timur, kata dia, PMP-SIKOM menemukan bahwa semakin banyak masyarakat yang menilai politik uang dalam Pilkada sebagai hal yang tidak wajar.
“Persentase masyarakat yang menganggap tidak wajar perilaku membagikan uang atau barang pada calon pemilih dalam Pilkada 69,3 persen dan sebanyak 30,7 menanggap wajar. Penilaian itu bahkan tampak pada lingkup keluarga. Jika dulu masyarakat menilai wajar saja orang tua yang membawa anaknya berkampanye untuk mendapat lebih banyak uang, sekarang tidak lagi," ujar dia.
Setidaknya ada 69,3 persen responden menganggap salah perilaku orang tua yang membawa anaknya berkampanye untuk uang. Secara spontan, lanjut dia, mayoritas pemilih Jawa Timur belum memiliki pilihan, 39,2 persen. Saifullah Yusuf (Gus Ipul) disebut responden yang mewakili masyarakat Jawa Timur sebanyak 19,7 persen, kemudian La Nyalla 22,8 persen, Khofifah Indar Parawansa 18,3 persen.
"Dalam simulasi semi terbuka dengan nama La Nyalla masih unggul dipilih sebanyak 25,9 persen, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dipilih sebanyak 23,4 persen, kemudian Khofifah Indar Parawansa 20,1 persen, mssa mengambang 30,6 persen" katanya lagi.
Selisih dukungan pada tiga besar nama relatif konstan, masing-masing sekitar 3 persen.
Dengan demikian, ketiga calon Gubernur yang diuji dalam survei ini memiliki peluang yang sama untuk memenangkan Pilgub Jawa Timur.
Sebab masih Ada swing voter sebanyak 30,6 persen.
"Tinggal bagaimana nanti mesin partai, ormas pendukung dan relawan bekerja maksimal untuk mengambil suara swing voters," tuturnya.
Baca: Mengintip Kondisi Oke Oce Mart Pertama di Jakarta
Selain itu, kata dia, isu-isu kepada tiga tokoh saat kampanye juga akan sangat mempengaruhi keterpilihan mereka.
Visi dan misi mereka terutama dalam hal bidang ekonomi dan fasilitas publik seperti kesehatan, air bersih serta yang bersentuhan dengan kesejahteraan masyarakat yang dianggap realitis akan mempengaruhi tingkat elektabilitas mereka.
Namun, lanjut dia, catatan untuk Gus Ipul yang posisinya petahanan akan jauh lebih berat untuk menaikan tingkat elektabilitas.
Sebab elektabilitas Gus Ipul berhubungan dengan kinerja pemprov Jatim yang membuat 69,3 persen responden mengatakan tidak puas dan sangat buruk kinerja Pemprov Jatim.
Hal ini berhubungan dengan temuan survei terkait 62,1 persen responden mengatakan keadaan ekonomi keluarga mereka yang mengalami kesulitan selama 3 tahun terakhir ini.
Untuk khofifah kekalahan dua kali dalam Pilgub juga menjadi problem untuk meningkatkan elektabilitasnya.
Sedangkan peluang La Nyalla, ujar dia, jauh lebih besar untuk meningkatkan elektabilitasnya karena hasil temuan survei hanya 9,3 persen saja responden yang memilih calon gubernur Jawa Timur berdasarkan kesaman etnis.
Sedangkan 90,7 persen tidak mempermasalahkan etnis calon gubernur Jatim.