Sabtu, 4 Oktober 2025

Pilgub Jawa Timur

Tiga Tokoh Berpeluang Pimpin Jawa Timur, Ini Hasil Surveinya

"Tinggal bagaimana nanti mesin partai, ormas pendukung dan relawan bekerja maksimal untuk mengambil suara swing voters," tuturnya.

Priyombodo
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persatuan Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi (PMP-SIKOM) melakukan penelitian untuk mengukur elektabilitas calon Gubernur Jawa Timur.

Penelitian terhadap masyarakat Jawa Timur bertemakan "Memotret Elektabilitas Bakal Calon Gubernur Jawa Timur".

Penelitian itu dilakukan mulai tanggal 4 -14 Oktober 2017 di seluruh Kabupaten dan Kota Jawa Timur.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan metode deskriptif (Descriptive Research).

Baca: Anies Baswedan Siap Lepas Lampu Strobo di Mobilnya

Dimana, metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada jelang pemilihan Gubernur Jawa Timur .

"Tujuannya adalah membuat deskripsi, gambaran tentang pilihan masyarakat Jawa Timur terhadap tokoh-tokoh yang sudah mengkerucut ketiga nama bakal Calon Gubernur Jawa Timur yaitu Khofifah Indar Parawansa (Menteri Sosial), Syaifullah Yusuf (Wakil Gubernur Jawa Timur), La Nyalla Mataliti (Ketua Kadin Jawa Timur)," kata Ketua PMP-SIKOM G Safariadi dalam keterangan tertulis, Kamis (19/10/2017).

Metode yang diterapkan, lanjut Safariadi, yakni menggunakan teknik survei yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan mengadakan kuesioner sebagai pengumpulan data yang pokok.

Tujuannya yaitu untuk mengumpulkan data serta mempelajari gejala atau fenomena sosial pemilihan Gubernur Jawa Timur dengan jalan meneliti variabel-variabel penelitian yang dilaksanakan.

"Metode survei yang digunakan adalah melalui penyebaran kuesioner," ujar dia.

Baca: Ini Motif Istri Ketua DPRD Kolaka Utara Tusuk Suaminya

Jumlah warga Jawa Timur yang akan ikut pesta demokrasi pada 2018 ini, kata dia, sudah memiliki hak pilih yang sudah pasti dilibatkan untuk menjadi responden dan informan dalam penelitian ini sebanyak 1089 pemilih dari total populasi.

Terlebih, daftar pemilih tetap pada Pilgub Jawa Timur sebanyak 32 juta pemilih.

Metode pemilihan responden dilakukan dengan metode Multistage Random Sampling dengan mengunakan Tingkat kepercayaan 95 persen dan Margin of Error -/+ 2,97 persen.

Dari 1089 respoden yang mengetahui akan adanya Pilgub Jawa Timur pada tahun 2018 sebanyak 62,1 persen selebihnya 37,9 tidak tahu. Dari survei ditemukan juga kalau dari 1089 responden yang tertarik berpartisipasi dalam Pilgub Jawa Timur hingga hari pencoblosan hanya sebesar 71,2 persen.

"Artinya partisipasi pemilih hanya akan berkisat di 71,2 persen dari Daftar pemilih dan sementara 28,8 persen tidak ingin dan tidak tertarik berpartisipasi dalam Pilgub," katanya.

Dalam survei yang dilakukan terhadap 1089 responden provinsi Jawa Timur, kata dia, PMP-SIKOM menemukan bahwa semakin banyak masyarakat yang menilai politik uang dalam Pilkada sebagai hal yang tidak wajar.

“Persentase masyarakat yang menganggap tidak wajar perilaku membagikan uang atau barang pada calon pemilih dalam Pilkada 69,3 persen dan sebanyak 30,7 menanggap wajar. Penilaian itu bahkan tampak pada lingkup keluarga. Jika dulu masyarakat menilai wajar saja orang tua yang membawa anaknya berkampanye untuk mendapat lebih banyak uang, sekarang tidak lagi," ujar dia.

Setidaknya ada 69,3 persen responden menganggap salah perilaku orang tua yang membawa anaknya berkampanye untuk uang. Secara spontan, lanjut dia, mayoritas pemilih Jawa Timur belum memiliki pilihan, 39,2 persen. Saifullah Yusuf (Gus Ipul) disebut responden yang mewakili masyarakat Jawa Timur sebanyak 19,7 persen, kemudian La Nyalla 22,8 persen, Khofifah Indar Parawansa 18,3 persen.

"Dalam simulasi semi terbuka dengan nama La Nyalla masih unggul dipilih sebanyak 25,9 persen, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dipilih sebanyak 23,4 persen, kemudian Khofifah Indar Parawansa 20,1 persen, mssa mengambang 30,6 persen" katanya lagi.

Selisih dukungan pada tiga besar nama relatif konstan, masing-masing sekitar 3 persen.

Dengan demikian, ketiga calon Gubernur yang diuji dalam survei ini memiliki peluang yang sama untuk memenangkan Pilgub Jawa Timur.

Sebab masih Ada swing voter sebanyak 30,6 persen.

"Tinggal bagaimana nanti mesin partai, ormas pendukung dan relawan bekerja maksimal untuk mengambil suara swing voters," tuturnya.

Baca: Mengintip Kondisi Oke Oce Mart Pertama di Jakarta

Selain itu, kata dia, isu-isu kepada tiga tokoh saat kampanye juga akan sangat mempengaruhi keterpilihan mereka.

Visi dan misi mereka terutama dalam hal bidang ekonomi dan fasilitas publik seperti kesehatan, air bersih serta yang bersentuhan dengan kesejahteraan masyarakat yang dianggap realitis akan mempengaruhi tingkat elektabilitas mereka.

Namun, lanjut dia, catatan untuk Gus Ipul yang posisinya petahanan akan jauh lebih berat untuk menaikan tingkat elektabilitas.

Sebab elektabilitas Gus Ipul berhubungan dengan kinerja pemprov Jatim yang membuat 69,3 persen responden mengatakan tidak puas dan sangat buruk kinerja Pemprov Jatim.

Hal ini berhubungan dengan temuan survei terkait 62,1 persen responden mengatakan keadaan ekonomi keluarga mereka yang mengalami kesulitan selama 3 tahun terakhir ini.

Untuk khofifah kekalahan dua kali dalam Pilgub juga menjadi problem untuk meningkatkan elektabilitasnya.

Sedangkan peluang La Nyalla, ujar dia, jauh lebih besar untuk meningkatkan elektabilitasnya karena hasil temuan survei hanya 9,3 persen saja responden yang memilih calon gubernur Jawa Timur berdasarkan kesaman etnis.

Sedangkan 90,7 persen tidak mempermasalahkan etnis calon gubernur Jatim.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved