Sabtu, 4 Oktober 2025

Lima Sungai di Banyumas Meluap Hanyutkan Dua Mobil dan Tiga Sepeda Motor

Sejumlah warga yang tengah beraktivitas di sekitar Sungai Logawa Banyumas, Minggu (15/10/2017), kaget bukan kepalang.

Editor: Dewi Agustina
Tribun Jateng/Khoirul Muzaki
Dumptruk masih terjebak di tengah Sungai Logawa setelah terseret arus banjir. TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI 

TRIBUNNEWS.COM, BANYUMAS - Sejumlah warga yang tengah beraktivitas di sekitar Sungai Logawa Banyumas, Minggu (15/10/2017), kaget bukan kepalang.

Curah hujan yang tinggi pada Minggu malam menyebabkan air Sungai Logawa mendadak meluap.

Banjir itu membuat warga yang beraktivitas di sungai, yakni para penambang pasir dan pencari rumput lari tunggang-langgang untuk menyelamatkan diri.

Sayang, mereka tak sempat menyelamatkan alat dan kendaraan yang masih terparkir di bibir sungai.

Tiga sepeda motor berjenis Supra Fit milik Supriono warga Desa Sunyalangu, Supra Fit milik Suhud warga Desa Sokawera dan Yamaha Jupiter milik seorang warga lainnya hanyut terbawa arus banjir.

"Yang dua motor sudah ditemukan. Tiga lainnya hilang," kata Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Banyumas Kusworo, Senin (16/10/2017).

Baca: Belum Pernah ke Indonesia Tapi Pengacara Terkenal Jepang Kentaro Motomura Sangat Mengenal Borobudur

Banjir juga mengakibatkan sebuah dumptruck milik Andri Surasno warga Desa Baseh Kedungbanteng serta mobil L300 milik Jupri warga Desa Sokawera ikut terseret arus.

Kedua mobil itu hingga kemarin masih terjebak di tengah sungai dan tersangkut di bebatuan.

Kendaraan itu belum berhasil dievakuasi karena kondisi arus air masih deras.

Kondisi bodi mobil pada beberapa bagian ringsek karena terkena benturan benda keras saat arus banjir menyapu kendaraan itu.

"Mungkin menunggu surut dulu airnya kemudian dievakuasi. Banjir sudah agak surut namun arusnya masih deras," katanya.

Akibat curah hujan tinggi, setidaknya lima sungai di Banyumas meluap, meliputi Sungai Prukut, Logawa, Pelus, Mengaji dan Banjaran.

Baca: Mantan Anggota Satpol PP Jual Istrinya Berkali-kali dengan Tarif Rp 250 Ribu Sekali Kencan

Koordinator Tagana Banyumas Adi Candra mengatakan, banjir juga menyebabkan sejumlah bangunan rusak.

Jembatan di RW 5 Karanggondang Desa Sambirata Cilongok dilaporkan rusak karena diterjang arus banjir.

"Bagian belakang sebuah rumah ambrol di Bobosan sekitar Sungai Banjaran. Satu kamar kos di dekat Sungai Pelus juga rusak karena arus banjir," katanya.

Beberapa jembatan yang dilintasi kelima sungai itu sempat ditutup Minggu pukul 21.00 demi keamanan karena debit air tinggi.

Pada pukul 22.30, jembatan itu kembali dibuka untuk umum setelah debit air mulai turun.

Sungai Dekat PLTPB
Lima sungai besar di Banyumas meluap akibat curah hujan tinggi Minggu sore (15/10/2017).

Lima sungai itu adalah Sungai Cipendok atau Prukut, Logawa, Pelus, Mengaji dan Banjaran.

Sungai-sungai yang melintasi sejumlah kecamatan di Banyumas itu berhulu di lereng Gunung Slamet.

Beberapa rumah warga di bibir Sungai Pelus itu dilaporkan ambrol atau terseret arus di bagian belakang.

Meluapnya Sungai Logawa juga mengakibatkan sejumlah kendaraan baik sepeda motor atau mobil hanyut terseret arus.

Baca: Kecelakaan di Jalan Raya Cepiring Tewaskan Dua Penumpang

Sebagian pihak lantas mengaitkan bencana itu dengan aktivitas proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Baturraden di lereng Gunung Slamet yang disebut hulu dari sungai-sungai itu.

Benarkah lima sungai yang meluap itu berhulu di dekat proyek PLTPB?

Pengelola Objek Wisata Curug Cipendok Krusharto mengatakan, sungai-sungai itu memang berhulu di lereng Gunung Slamet.

Namun hanya satu sungai yang wilayah hulunya berdekatan dengan lokasi proyek PLTPB Baturraden, yakni Sungai Cipendok atau biasa disebut Prukut.

Sungai Prukut yang melintasi sejumlah desa di Kecamatan Cilongok ini berhulu di Sungai Tepus di lereng Gunung Slamet.

Sungai ini berasal dari dua aliran sungai di wilayah hulu, yakni Sungai Tepus dan Sungai Prukut yang menyatu di air terjun Cipendok.

"Dari sungai-sungai di hulu itu, hulu dari Sungai Cipendok lah yang dekat dengan PLTPB. Sementara sungai-sungai lain yang meluap kemarin hulunya jauh dari lokasi proyek," katanya, Senin (16/10/2017).

Krus mengatakan, banjir kemarin juga tak separah yang digemborkan di media sosial.

Meluapnya air sungai-sungai itu dilatarbelakangi faktor alam, yakni curah hujan yang sangat tinggi.

Krus mengatakan, pihaknya memang ikut menggugat PT SAE terkait keruhnya Sungai Cipendok hingga merugikan masyarakat di sejumlah desa.

Baca: Puluhan Siswi Kerasukan saat Apel Pagi, Sekolah Terpaksa Diliburkan

Namun ia tak sepakat jika penyebab meluapnya sungai-sungai itu seluruhnya dialamatkan ke pengelola megaproyek PLTPB.

Ia berharap masyarakat bisa bersikap fair dalam melihat fakta yang sebenarnya.

Masyarakat diharapkannya tidak gampang terombang-ambing arus informasi yang rawan disusupi sejumlah kepentingan.

Sebagaimana diketahui, hingga sekarang, gelombang pro kontra masyarakat terkait proyek PLTPB masih terus berlangsung.

Menurutnya situasi politik di daerah sudah mulai menghangat menyusul tahapan penyelenggaraan Pemilihan Bupati Banyumas dan Gubernur Jateng.

"Situasi sekarang ini, ada banyak kepentingan. Makanya kita harus bicaranya fakta saja. Yang riil terjadi di lapangan itu yang disampaikan," katanya.

Bukan Banjir Bandang
Kepala UPT Lokawisata Baturraden Djoko Haryanto membantah informasi mengenai penutupan Lokawisata Baturraden karena terdampak banjir bandang, Minggu sore (15/10/2017).

Djoko membenarkan rekaman video yang diunggah nettizen mengenai aliran Sungai Gumawang yang meluap dan berarus deras pada Minggu sore (15/10/2017).

Kendati demikian, meluapnya Sungai Gumawang itu sebenarnya adalah hal wajar. Artinya, saat hujan turun berintensitas tinggi, debit air pada sungai itu sudah biasa meningkat hingga berarus deras dan keruh.

Menurut Djoko, gambaran kejadian yang terekam dalam video itu terkesan ekstrem, karena diambil dari jarak terdekat dengan arus air.

Arus terlihat deras karena berada di lokasi Air Terjun Gumawang yang mengalir deras ke dasar tebing.

"Video itu diambil di dekat air terjun. Air terjun kalau saat hujan tinggi biasa mengalirnya seperti itu," katanya, Senin (16/10/2017).

Djoko juga membantah informasi di media sosial yang menyebut ketinggian air mencapai 10 meter.

Tidak ada bangunan atau fasilitas di kompleks wisata yang terendam air atau rusak karena terjangan banjir.

Menurut Djoko, banjir yang terjadi kemarin lebih disebabkan curah hujan yang tinggi.

Hulu Sungai Gumawang ini, kata Djoko, memang berada di lereng Gunung Slamet, namun jauh dari lokasi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Baturraden.

Karena itu, ia enggan menarik kesimpulan, banjir itu disebabkabkan aktivitas proyek PLTPB Baturraden. Menurutnya banjir lebih karena faktor alam.

"Ini karena hujan saja. Dan hujan seperti kemarin itu jarang-jarang," katanya.

Djoko mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mudah terpancing isu yang justru berdampak negatif terhadap sektor pariwisara Baturraden.

Saat ini, debit air di Sungai Gumawang telah normal. Ia pun mempersilakan wisatawan agar berkunjung ke Lokawisata Baturraden yang dijaminnya aman dari bencana.

Menurut Djoko, Lokawisata tak terpengaruh kejadian banjir kemarin. Tingkat kunjungan wisatawan ke Lokawisata normal hingga kemarin.

"Tidak terpengaruh, hari ini kunjungan normal tidak ada masalah. Kemarin itu banjir, tapi bukan banjir bandang. Sekarang juga sungai sudah normal," katanya. (Tribunjateng/cetak/Aqy)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved