Belum Pernah ke Indonesia Tapi Pengacara Terkenal Jepang Kentaro Motomura Sangat Mengenal Borobudur
Pengacara terkenal Jepang, Kentaro Motomura memang belum pernah ke Indonesia, tapi ternyata dia sangat mengenai Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pengacara terkenal Jepang Kentaro Motomura (50) memang belum pernah ke Indonesia, tapi ternyata dia sangat mengenai Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
"Saya coba kenal dan pelajari Borobudur dan Prambanan maka saya bisa mengenal Indonesia meskipun saya belum pernah ke Indonesia. Jadi kalau ke Indonesia pasti saya ke dua tempat itu dulu," kata Kentaro Motomura kepada Tribunnews.com, Senin (16/10/2017) malam.
Selain soal Indonesia, dia juga ternyata tahu makanan nasi goreng yang disukainya tetapi hanya bisa dinikmati di restoran Tokyo Jepang dengan menu nasi goreng.
Rasa nasi goreng yang enak menambah keinginannya untuk pergi ke Indonesia dalam waktu mendatang.
Mengapa Motomora banyak mengenal Indonesia? Ternyata dia lulus ujian sebagai master heritage dunia, mengenal detil banyak negara di dunia.
Baca: Mengintip Kehidupan Pengemis di Yogyakarta, Anak Istri Mainan Gadget saat Budi Beraksi
"Saya pelajari banyak sekali negara. saya memang orangnya suka belajar" kata pemegang sabuk hitam olahraga Yudo sejak belajar di sekolah menengah (SMP/SMA).
Juga ahli berperan di panggung maupun di film dan dalam berbagai program TV.
Motomura mulai terkenal sejak tahun 2007 saat muncul di acara NTV tahun 2007 "Bengoshi no za jun ("mamotteagetai” jidai o fukumu)".
Lalu berkat bantuan kantor artisnya Asai Kikaku dan munculnya seorang pengacara Murayama menjadi anggota majelis tinggi parlemen Jepang, Motomura semakin terkenal sejak 2008 hingga kini di acara NTV juga "Gyoretsu no dekiru horitsu sodanjo".
"Walau muncul di televisi tapi 70 persen kerja saya fokus sebagai pengacara," kata dia.
Apa saja yang dihadapi Motomura sebagai pengacara?
Ternyata Motomura banyak memiliki klien orang asing, 80 persen orang Amerika (AS), 10 persen orang EU khususnya Inggris, dan sisanya Australia Selandia Baru, China, Singapura dan Asia lainnya.
Baca: Logistik Pengungsi Gunung Agung Kian Menipis, Kini Hanya Ada Tiga Donatur
"Belum pernah ada klien saya orang Indonesia," ujarnya.