Sabtu, 4 Oktober 2025

Erupsi Gunung Agung

Intensitas Gempa di Gunung Agung Cenderung Menurun

Hingga Minggu (1/10/2017) kemarin, aktivitas Gunung Agung masih dinyatakan Level IV (Awas). Artinya Gunung Agung dalam keadaan kritis.

Editor: Dewi Agustina
TRIBUN_BALI /RIZAL_FANANY
Gunung Agung terlihat di atas Bukit Pantai Amed,karangasem, Sabtu (30/9/2017). Sampai saat ini status Gunung Agung masih awas, 5 kecamatan masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) yakni Kecamatan Kubu, Abang, Karangasem, Bebandem, Selat, dan Rendang. (TRIBUN_BALI/RIZAL_FANANY) 

"Mungkin nanti kalau awal letusan sama. Walaupun sama, Gunung Agung kan lama tidak meletus. Sekali meletus pembuka memungkinkan ada lontaran batuan-batuan berpasir sejauh 6 km radial. Diprediksi akan luar biasa," tandasnya.

Dikatakan, aktivitas magma di dapur magma Gunung Agung terus mencari celah untuk membentuk pipa magma.

"Magma terus mencari celah yang lemah untuk menerobos ke permukaan dan membentuk pipa magma," katanya.

Gunung Agung terlihat di atas Bukit Pantai Amed,karangasem, Sabtu (30/9/2017). Sampai saat ini status Gunung Agung masih awas, 5 kecamatan masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) yakni Kecamatan Kubu, Abang, Karangasem, Bebandem, Selat, dan Rendang. (TRIBUN_BALI/RIZAL_FANANY)
Gunung Agung terlihat di atas Bukit Pantai Amed,karangasem, Sabtu (30/9/2017). Sampai saat ini status Gunung Agung masih awas, 5 kecamatan masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) yakni Kecamatan Kubu, Abang, Karangasem, Bebandem, Selat, dan Rendang. (TRIBUN_BALI/RIZAL_FANANY) (TRIBUN_BALI /RIZAL_FANANY)

Gunung Agung memang memiliki karakter berbeda dengan gunung api lain misalnya Gunung Kelud.

Untuk Gunung Kelud pipa magma telah terbentuk karena sering mengalami erupsi.

Sedangkan Gunung Agung mengalami letusan terakhir pada 1963 silam.

Karena itu diperlukan energi besar untuk membentuk pipa magma.

Berdasarkan pantauan, terdapat kecenderungan penurunan intensitas gempa di Gunung Agung.

Tetapi kondisi ini tidak lantas membuat PVMBG menurunkan status.

Gunung Agung dinilai masih berada dalam kondisi kritis.

Baca: Pesan Terakhir Dhea kepada Temannya: Tunggu Gua di Lampung

Turunnya intensitas juga bisa disebabkan kepadatan material penutup makin kecil.

"Biasanya di teknik material kalau magma terus menekan material maka pada saat tertentu material pecah menjadi kecil-kecil. Kepadatan makin kurang menyebabkan terbukanya pipa magma," kata Suantika.

Indikasi terbentuknya pipa magma ini juga dapat terlihat dari indikator deformasi atau penggelembungan gunung yang terus terjadi dan terlihatnya asap solfatara.

Menurut Suantika, Gunung Agung mengalami tren penggelembungan semakin naik dari hari ke hari walau dalam skala mikro meter.

"Penggelembungan menunjukkan kecenderungan terus naik dalam mikro meter," kata pria asli Bali ini.

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved