Erupsi Gunung Agung
Hal yang Terjadi di 'Perut' Gunung Agung
pada fase-fase kritis, biasanya gunung aktif memiliki banyak potensi untuk meletus.
Gempa vulkanik di Gunung Agung, menurut Sutopo, terjadi di kedalaman 2-3 meter. Artinya, tergolong dalam gempa vulkanik dangkal.
“Kalau kita lihat pergerakan gempa, berasal sekitar dari Gunung Agung ke arah tenggara, peluang terjadinya letusan sangat besar,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan di Pos Pengamatan Gunung Agung, Senin kemarin, gempa terus mengguncang wilayah Gunung Agung dan sekitarnya.
Terhitung sampai pukul 12.00 Wita, terjadi 593 kali gempa dengan rincian 368 kali gempa vulkanik dalam, 189 kali kali vulkanik dangkal, dan 36 kali tektonik lokal.
Dari periode tersebut, sebanyak lima kali gempa yang terasa getarannya dengan skala III MMI, diukur dari puncak Gunung Agung sampai pos pengamatan.
Dengan kondisi itu, menurut Sutopo, potensi erupsi Gunung Agung menjadi besar. Namun BNPB belum bisa memastikan kapan gunung dengan ketinggian 3.142 meter di atas permukaan laut itu akan meletus.
Sutopo mengingatkan bahwa pada fase-fase kritis, biasanya gunung aktif memiliki banyak potensi untuk meletus.
"Meskipun status awas belum tentu akan meletus, karena tergantung tekanan. Tapi potensi meletusnya tinggi," kata dia.
Ketidakpastian terkait letusan Gunung Agung, diakui Sutopo, karena kurangnya data panjang erupsi letusan Gunung Agung.
Bahkan data letusan yang terjadi pada 1963 pun diakui Sutopo tidak terlalu lengkap.
"Data erupsi 54 tahun lalu pun tidak lengkap, jadi kita hanya memanfaatkan hasil penelitian dan kemungkinan erupsi saat ini," kata dia.
Terkait kemungkinan sebaran abu vulkanis, Sutopo juga belum bisa memastikan.
Namun, jika Gunung Agung meletus antara September dan Oktober maka bisa dipastikan sebaran abi vulkanis bisa menyebar ke daerah Barat Daya, dan Barat yakni daerah Jawa Timur.
Jika Gunung Agung meletus di antara November hingga Januari, sebaran abu vulkanis akan mengarah ke Timur yakni bisa berdampak ke kawasan NTB dan NTT.
Tren Penggelembungan