Kamis, 2 Oktober 2025

Potret Kehidupan Warga di Perbatasan Timor Leste

Bendera merah-putih berkibar di Dusun Uspisera, Desa Ustutun, Kecamatan Wetar Barat, Kabupaten Maluku Barat Daya

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Sanusi

Di pusat pemukiman penduduk sudah terdapat fasilitas pendidikan mulai dari SD hingga SMP, jalan desa, dermaga, puskesmas pembantu serta sarana air bersih. Tempat ibadah, seperti masjid dan gereja juga sudah dibangun. Terakhir, pemerintah menyediakan akses listrik yang dikelola Perusahaan Listrik Negara (PLN).

“Aslinya orang sana (Desa Ustutun,-red) di sini (Dusun Uspisera,-red), karena masih ada mata pencaharian di sini maka masih ada yang di sini. (Dusun Uspisera,-red) Kampung tua, lebih dahulu di sini. Tahun 1990-an pindah,” tambah Prayoga, anggota Satuan Tugas Marinir Pulau Terluar.

Kekurangan Gizi

Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Ratna Dwi Restuti, mengatakan warga Pulau Lirang mengalami kekurangan gizi. Ini disampaikan setelah RSCM bersama dengan PLN menyelenggarakan pengobatan gratis dan sosialisasi kesehatan di Pulau Lirang, pada Rabu (20/9/2017).

“Iya (kekurangan gizi,-red) terkait pola makan setiap hari. Di sini protein ikan, sayur tidak setiap hari dimakan. Pemenuhan jenis zat gizi yang dibutuhkan tidak terpenuhi,” kata Ratna.

Kekurangan gizi tidak lepas dari kondisi lingkungan di Pulau Lirang. Curah hujan rendah membuat wilayah itu gersang. Hanya sayur-sayuran jenis tertentu saja yang dapat tumbuh di sana, seperti kelor, labu, dan pepaya. Untuk itu, perlu dicaritahu apakah ada jenis lainnya yang dapat tumbuh di tempat itu. Sehingga dapat menjadi asupan makan bagi warga.

“Kita harus cari tanaman apa yang tumbuh di sini. Kalau memang ada tanaman tidak cocok dengan tanah, kita minta bantuan teman-teman ahli di bidang pertanian supaya kebiasaan makan sayur terjadi,” ujarnya.

Selain masalah kekurangan gizi, masyarakat juga kesulitan mendapatkan akses kesehatan. Walaupun di pulau itu terdapat puskesmas, namun, tidak ada tenaga dokter. Di puskesmas itu hanya ada perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lain. Oleh karena itu, kehadiran dokter sangat diperlukan bagi masyarakat.

Tidak adanya tenaga medis dan fasilitas penunjang kesehatan, maka warga memilih untuk berobat ke Maluku yang menempuh perjalanan melalui jalur laut selama 20 jam ataupun ke Negara Timor Leste. Untuk masuk ke negara itu, warga hanya menunjukkan kartu identitas dan surat perjalanan.

Pulau Lirang merupakan salah satu wilayah endemis penyakit malaria. Pada tahun 2016, setidaknya tercatat 43 kasus yang menimpa warga. Selain itu, penyakit-penyakit lainnya, seperti kulit dan mata juga kerap dialami.

“Kehadiran dokter sangat diperlukan bagi masyarakat di sini. Tentu ideal menempatkan seorang dokter, minimal satu orang. Selama ini tidak ada dokter, jadi kalau pasien yang menderita penyakit perlu dirujuk harus jauh sekali ke Ambon maupun Timor Leste. Walaupun lebih dekat, tetapi ke negara lain,” ujarnya.

Tak hanya itu, dia menambahkan, warga perlu diberikan sosialisasi gaya hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit. Untuk di Dusun Uspisera, kata dia, warga diminta memakai alas kaki karena tidak ada jamban, di mana orang buang air besar sembarangan, rumah beralaskan tanah, setelah itu naik ke atas kasur.

“Edukasi berulang-ulang mengubah perilaku tidak mudah. Tugas kita semua tidak hanya tertumpu di Kementerian Kesehatan, tetapi juga kementerian lain dan sektor-sektor lain. Jadi bareng-bareng, kalau sendiri susah,” tambahnya.
Pilih ke Timor Leste Daripada Indonesia

Apabila melihat kondisi serba kekurangan dan keterbatasan yang dialami warga Pulau Lirang, maka pemerintah Indonesia diminta memperhatikan warga. Selama ini, warga Pulau Lirang justru banyak mendapatkan bantuan dari Negara Timor Leste. Hal ini tak lepas dari jarak yang hanya dapat dijempuh selama 2 jam 30 menit perjalanan laut.

Hanya berbekal surat perjalanan dan kartu identitas, warga Pulau Lirang dapat ke Timor Leste. Ini membuat warga lebih memilih ke negara itu. Dibandingkan harus pergi ke Ambon, Provinsi Maluku, yang ditempuh selama 20 jam perjalanan laut ataupun ke kota-kota besar lainnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved