Senin, 6 Oktober 2025

Misteri Goa Jepang di Palembang, Mulai Pemerkosaan Hingga Bayangan Lelaki Salat

Bangunan peninggalan Jepang tersebut kini berada di bawah sebuah pondok kecil yang disekitarnya berdiri rumah-rumah mewah.

Editor: Hendra Gunawan
(SRIPOKU.COM/SYAHRUL HIDAYAT)
Bunker gua Jepang di Palembang 

Meskipun saat Sripo berbincang dengan Zakwan dan istrinya mereka mengatakan jika mereka tidak pernah menemukan hal mengerikan. Hanya saja sang istri memang mengakui jika saat pernah ia masuk menjadi penghuni ia melihat sosok yang tengah salat didepan pintu masuk.

Saat itu ia bersama tiga keluarga lain diminta menjaga warisan sejarah tersebut. Mulai dari Kodim, Bekang dan Pelda mereka bersama tinggal bersama. Tapi ketika ia masuk pertama kali ia seakan antara sadar dan tidak melihat orang sedang Salat.

"Dulu kami tinggal bersama tiga keluarga lain. Ada pengalaman aneh yah masing-masing. Ada yang melihat kepala, ada yang melihat sosok tinggi besar. Tapi alhamdulillah yang saya lihat orang Salat. Seorang Laki-laki besar mengenakan pakaian putih dan kain merah kotak-kota persis didepan pintu. Saya menganggapnya sebagai tanda jika kami harus bersih dan salat disini," tutur pensiunan keungan Akabri itu

Zakwan mengatakan, rumah pertahanan Jepang yang ia huni merupakan peninggalan sejarah yang harusnya mendapat perhatian. Tapi tugasnya hanya menjaga tempat tersebut. Jikapun suatu saat diminta pergi Zakwan mengaku siap keluar.

"Sekarang sudah 48 tahun kami tinggal disini. Ini saja kami sudah sangat bersyukur diberikan tempat tinggal. Jadi jika Kodim Palembang minta kita pindah yah pasti kita mau pindah," ucapnya

Dikatakannya, awalnya ia memang tinggal didalam rumah. Tapi karena sering banjir, akhirnya ia membuat pondok diatas rumah tersebut. Alasan tidak mendirikan bangunan permanen karena rumah pertahanan Jepang tersebut milik Negara dan ia bertugas menjaga bangunan tersebut.

"Selama saya tinggal disini sudah banyak peneliti, mahasiswa, bahkan orang Jepang yang datang untuk melihat rumah Jepang ini. Makanya arsitektur bangunannya tidak dirubah sama sekali dan dibiarkan asli," ungkapnya.

Hanya saja saat ini ia khawatir akan kondisi dinding rumah pertahanan yang mulai retak-retak. Hal ini diakibatkan akar pohon kapuk yang mulai menjalar ke sekeliling rumah.

"Pohon itu mau saya tebang, tapi biaya tebangnya sampai Rp 3 Juta. Saya hanya khawatir dinding rumah tersebut retak dan nilai sejarahnya bisa hilang," ujarnya. (Candra/Yuli)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved