Putra Camat Kuta Tewas Tersedot Pusaran di Wisata Air Terjun Tegenungan
Seorang siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Kuta, I Gede Arsa Kusuma Wijaya (14) tewas terhisap pusaran air di objek wisata air terjun Tegenungan.
TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR - Seorang siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Kuta, I Gede Arsa Kusuma Wijaya (14) tewas terhisap pusaran air di objek wisata air terjun Tegenungan, Desa Kemenuh, Sukawati, Gianyar, Bali, Rabu (15/3/2017) pukul 08.30 Wita.
Tubuh remaja anak dari Camat Kuta ini, baru berhasil dievakuasi tim penolong Badan SAR Nasional (Basarnas) pukul 13.15 Wita.
Evakuasi membutuhkan waktu lama karena volume air terjun relatif besar dan warnanya keruh, yang kemungkinan akibat hujan sebelumnya.
Informasi yang dihimpun Tribun Bali di TKP, sebelum tewas, korban bersama 13 temannya dari SMPN 1 Kuta datang ke air terjun Tegenungan untuk mengisi liburan.
Murid-murid kelas 2 SMP Negeri Kuta 1 kemarin memang sedang libur, karena siswa kelas 3 SMP 1 Kuta sedang menggelar UTS (ujian tengah semester).
Karena pagi itu air terjun keruh dan apalagi debitnya besar dan deras, maka hanya tujuh anak saja yang mandi.
Tidak berselang lama, seorang teman Wijaya, yakni Agus Wahyu Putra Nandang (14), tersedot oleh pusaran air pada kubangan tempat jatuhnya air terjun.
Melihat keadaan tersebut, Wijaya berusaha menolong, dan Wahyu bisa diselamatkan.
Namun lantaran posisi Wijaya terlalu dekat dengan pusaran air terjun, justru dia sendiri tidak dapat menyalamatkan diri.
Wijaya sempat berteriak minta tolong.
Namun, teman-temannya yang mencoba menolong tak bisa meraih Wijaya.
"Pusaran air terlalu deras, akhirnya korban ketarik lagi ke dalam," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar, Anak Agung Oka.
Tubuh Wijaya pun tak terlihat karena diterpa limpahan air terjun yang deras.
Warga di dekat lokasi kejadian sempat melakukan pertolongan, namun lantaran kondisi medan berbahaya, pertolongan tersebut tidak bisa optimal dan membuahkan hasil.
Tidak berselang lama, pihak kepolisian bersama tim Basarnas dan anggota BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) tiba di lokasi.
Tetapi mereka pun tidak bisa berbuat banyak.
Mereka hanya bisa menunggu tubuh korban keluar dari dalam air.
Karena itu, pihak keluarga, teman sekolah dan Kepala Sekolah SMPN 1 Kuta yang berada di lokasi hanya bisa melakukan prosesi menghaturkan sesajen agar tubuh Wijaya bisa cepat keluar dari pusaran air.
Namun di sisi lain, masyarakat tidak kehabisan akal.
Mereka membendung aliran sumber air terjun Tegenungan menggunakan kayu dan batang pisang.
Upaya tersebut membuahkan hasil, yakni tubuh Wijaya keluar dari dalam air.
Namun sayang, saat itu keadaan Wijaya sudah tidak bernyawa.
Jasad korban langsung dimasukkan ke dalam kantung jenazah, untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan.
Kapolsek Sukawati, Komisaris Polisi (Kompol) Pande Putu Sugiarta mengatakan, korban dan teman-temannya baru pertama kali datang ke air terjun Tegenungan.
Karena itu, mereka tidak mengenali keadaan air yang baik untuk mandi.
Bahkan, tim evakuasi pun menyatakan keadaan air saat itu sangat berbahaya, sehingga upaya penyelamatan pun harus menunggu hingga volume air dan kekeruhannya berkurang.
"Semoga hal ini menjadi pengalaman berharga bagi semua orang. Bahwa, sebelum mandi di air terjun, kita harus mengenali keadaannya. Informasi yang kami peroleh, pusaran air terjun di sini berputar ke dalam. Itu sangat berbahaya," ujar Sugiarta.
Berdasarkan data Desa Kemenuh, kasus seperti ini sudah terjadi sebanyak tiga kali sebelumnya. Yakni di tahun 1993, 1994 dan 2014.
Hampir semua kasus yang terjadi karena para korban tidak mengenali dan mengabaikan kondisi objek wisata.
Dua Minggu Selalu Gelisah
Mendengar anaknya kena musibah, Camat Kuta, Kabupaten Badung, Gede Rai Wijaya langsung mendatangi lokasi kejadian.
Saat berada di lokasi, ia terlihat tabah dan berharap anaknya bisa selamat.
Tak hanya itu, Rai pun menyiapkan air minum dalam kemasan untuk regu penolong.
Namun, ketegaran Rai Wijaya goyah tatkala melihat tubuh anaknya muncul dari dalam pusaran air dalam keadaan tak bernyawa.
Rai terus menangis dan memeluk jasad anaknya.
Kepada Tribun Bali, Gede Rai Wijaya mengatakan, korban merupakan anak ketiganya. Wijaya merupakan anak yang aktif dalam berkegiatan.
Setiap hari libur Wijaya selalu menyempatkan diri untuk pergi ke objek wisata.
Namun Rai tak menyangka bahwa rekreasi ke air terjun Tegenungan merupakan yang terakhir kali bagi Wijaya.
"Dia memang sering mengunjungi objek wisata saat liburan. Cuma, sepertinya ke air terjun ini dia baru pertama kali," ujar Rai saat ditemui di lokasi kejadian, Rabu (15/3/2017).
Rai mengungkapkan, sebelum peristiwa nahas itu, dalam dua minggu terakhir dirinya selalu gelisah.
"Saya tidak tahu, ini firasat atau bukan. Tapi dalam dua minggu ini, saya selalu gelisah. Tidur tidak nyenyak, pikiran tidak konsentrasi, sedih dan bercampur segala macam," kata Rai.