Minggu, 5 Oktober 2025

Baladika Bali 'Peduli Kemanusiaan' Korban Longsor Kintamani

Bantuan pendidikan menjadi paling penting, terutama bagi anak-anak yang masih bersekolah dan anak-anak yang kabarnya ditinggal bapak-ibunya

Editor: Eko Sutriyanto
Tribun Bali
Baladika Bali memberikan bantuan kepada korban banjir di Bali 

Laporan Wartawan Tribun Bali I Made Ardhiangga

TRIBUNNEWS.COM, BANGLI - Bencana alam longsor pada 10 Februari 2017 lalu membuat masyarakat Bali mengalami duka mendalam.

Bencana yang datang tiba-tiba dengan cuaca Bali yang cukup esktrem membuat 13 warga dari beberapa Desa di Kecamatan Kintamani Bangli kehilangan nyawa.

Untuk meringankan sedikit beban saudara di Kintamani, organisasi masyarakat (Ormas) Baladika Bali pun terjun ke beberapa titik yang menjadi daerah bencana.

Ketua Umum Baladika Bali, I Bagus Alit Sucipta menyatakan, bencana tentu saja tidak dapat dihindari, karena datang sewaktu-waktu.

Namun apapun kondisi dari saudara di Kintamani ini, sudah sepatutnya warga Bali saling bahu-membahu untuk meringankan beban keluarga Bali itu untuk ke depannya.

Pastinya saja, selain rumah yang sudah porak-poranda.

Keluarga yang ditinggalkan, terutama anak-anak membutuhkan biaya pendidikan dan pemulihan psikologis atau traumatik, atas dampak dari bencana itu sendiri.

"Karena kami orang Bali, maka percaya dan meyakini 'Tat Twam Asi'. Yang artinya aku adalah kamu, kamu adalah aku. Jadi apa yang dirasakan oleh korban, itu juga apa yang dirasakan oleh kami (Baladika Bali)," ucap pria yang akrab disapa Gus Bota itu kepada Tribun Bali melalui pesan singkatnya, Rabu (15/2/2017).

Dari data yang dimiliki anggota Baladika Bali, beberapa Desa yang menjadi korban bencana longsor ialah di Desa Songan 7 orang meninggal, dan ada 2 korban selamat dirawat di RSU Bangli.

Di Desa Awan 4 orang meninggal satu keluarga dan sudah dimakamkan (dititip) sebelum dilakukan pengabenan (kremasi), kemudian Desa Subaya 1 orang meninggal, Desa Sukawana 1 orang meninggal, 1 bayi selamat di rawat di RSU Bangli.

"Untuk beberapa desa di luar Songan, juga menjadi prioritas kami untuk melakukan kunjungan. Yang intinya adalah untuk mensupport moril semeton (keluarga) Bali kami. Kami menyebar anggota ke beberapa desa itu," jelas Gus Bota.

Gus Bota menegaskan, bahwa bantuan pendidikan menjadi paling penting, terutama bagi anak-anak yang masih bersekolah dan anak-anak yang kabarnya ditinggal bapak-ibunya.

Selain itu, apa yang diberikannya dapat untuk kesehatan atau pun meringankan beban pembangunan rumah. Meskipun, sedari awal sudah banyak diketahui bahwa Pemerintah Pusat, Provinsi dan daerah juga turun ke Desa yang terkena longsor.

Namun, sedikit empati atau perhatian, mungkin saja bisa meringankan beban. Minimal bisa menguatkan hati warga untuk segera meyongsong hari-hati ke depan.

"Kami cukup prihatin dan supaya keluarga tabah dalam menjalani musibah atas bencana ini," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Baladika Bali, Nyoman Gde Sudiantara menegaskan, saat ini yang sangat penting dalam pembangunan di Kintamani baik fisik maupun non fisik.

Fisik itu berupa rumah dan non pisik, misalnya pembangunan pendidikan anak korban bencana dan pembangunan mental supaya lepas dari trauma atas bencana.

"Langkah-langkah dan upaya itulah yang mulai harus dipikirkan oleh Pemerintah dan Aparat terkait. Kami hanya meringankan saja," jelasnya.

Melihat Songan sendiri, merupakan daerah yang rawan dengan kejadian longsor. Kejadiannya sudah berulang kali.

Curah hujan yang tinggi, tidak menutup kemungkinan bahwa akan terjadi longsor lagi meskipun tidak mengenai rumah warga.

Hanya saja, deteksi dini atas bencana, sebaiknya sudah dilakukan sejak saat ini. Sehingga jika terjadi longsor, tidak akan menimpa rumah warga atau pun lahan pertanian warga.

Informasi yang digali Baladika Bali, lanjut Pria yang akrab disapa Ponglik itu, bahwa rumah itu tepat berada di senderan jalan dan senderan itu seperti jebol.

Pemerintah mesti membuat tim dan mulai mesosialisasikan daerah mana yang boleh ditempati warga dan yang tidak dapat ditempati.

"Ya, kita pasti berdoa supaya tidak akan ada lagi bencana semacam ini. Hanya, kita juga mesti melakukan deteksi dini sebagai antisipasi menghindari (tanggap) bencana.

Jadi bukan kawasan rawan longsor yang ditempatin menjadi rumah warga untuk ke depannya," katanya. (ang)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved