Ternyata Ini Alasan Mang Syarif Tidak Membelah Perut Buaya Pemakan Manusia
Karena permintaan tokoh agama pula kata Mustofa, Pawang Mang Syarif tidak mau menunjukan pada masyarakat apa isi perut buaya tangkapannya
"Karena menurut tokoh agama di sini (Kimak), kalau perut buaya dibelah, dan misalnya ditemukan tangan korban, maka organ tubuh korban itu harus dikuburkan satu liang dengan jasad korban yang sudah lebih dulu dimakamkan, pekan lalu," katanya.
Jika itu terjadi, lanjut Mustofa, prosesnya akan rumit.
Makam Almarhum Sangkuriang alias Siankuri alias Biel, terpaksa dibongkar kembali, hanya demi menyatuhkan organ tubuh (tangan dan pergelangan kaki kanan) korban.
"Oleh karena itu pula, tokoh agama minta agar perut buaya itu tidak perlu dibelah. Dan pihak keluarga sudah diberikan pengertian," kata Mustofa.
Diberitakan sebelumnya disebutkan, Jasad Sankuriang alias Siankuri alias Biel (40) akhirnya ditemukan, hari ketujuh setelah diterkam buaya Sungai Lubuk Bunter Desa Kimak.
Jasad korban terdampar di semak belukar kebun milik warga, tepi sungai ini, Minggu (20/11) petang.
Jasad korban, tanpa kedua tangan dan tanpa pergelangan kaki kanan, langsung dimandikan dan dikafani, kemudian disalatkan di tempat penemuan. Kemudian jasad dimakamkan, selepas Magrib, Minggu (20/11) malam di TPU Desa Kimak.
Sepekan kemudian, Pawang Mang Syarif berhasil memancing buaya hitam, panjang 4 meter, lebar 63 cm, bobot sekitar 350 kg, empat hari lalu.
Buaya dipajang di Lapangan Bola Desa Kimak, dan menjadi tontotan warga namun, Selasa (29/11), buaya ini mati.