Sabtu, 4 Oktober 2025

Lebih 1000 Babi Mati Mendadak di Gianyar, Penyebabnya Masih Misteri

Sebelum mati, kata Sedarisma, kucit-kucit tersebut memperlihatkan tingkah aneh. Seperti, tidak mau disusui induknya, diare lalu mati.

Editor: Wahid Nurdin
Istimewa
Delapan ekor kucit mati di Desa Puhu diberikan sesajen sebelum dikubur. 

Laporan wartawan Tribun Bali, I Wayan Eri Gunarta

TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR – Lebih dari 1000 babi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Gianyar, Bali mati mendadak.

Menurut salah satu peternak babi di kecamatan Payangan, peristiwa ini terpantau mulai terjadi sejak memasuki bulan Oktober 2016.

Hal ini menyebabkan petani babi di daerah tersebut mengalami kerugian.

Dinas Peternakan Pemprov Bali telah mengambil contoh untuk mencari penyebab kematian mendadak babi-babi tersebut.

Seorang peternak babi asal Desa Puhu, Made Sedarisma, Rabu (23/11/2016) mengaku sedih ketika mengingat ternak babinya.

Pasalnya, tanpa diduga-duga, 150 ekor kucit (anak babi) miliknya mati mendadak sejak akhir Oktober ini.

Dia menduga penyebab kematian ternaknya lantaran adanya virus ganas.

Sebab, peristiwa menyedihkan ini tidak hanya dialaminya.

“150 kucit saya mati dalam selang waktu tiga hari. Sebagian besar yang mati ini baru saja dilahirkan. Sepertinya terkena virus,” ujarnya.

Sebelum mati, kata Sedarisma, kucit-kucit tersebut memperlihatkan tingkah aneh. Seperti, tidak mau disusui induknya, diare lalu mati.

Menurut dia, kucit-kucit yang mati ini hanya yang lahir di bulan Oktober saja.

Sementara kucit yang terlahir di bulan sebelumnya tidak mengalami dampak apapun.

Informasi dihimpun Tribun Bali, kasus ini tidak hanya terjadi di Payangan.

Tetapi juga terjadi di dua desa di Kecamatan Tegalalang.

Di antaranya, Desa Beresela dan Desa Bukian. Petugas Peternakan Provinsi Bali telah mengambil sampel untuk mengetahui penyebab kematian babi itu.

Hanya saja, hingga saat ini hasilnya belum diumumkan.

Peternak berharap pemerintah segera mengumumkan hasil pemeriksaan dan memberikan solusi untuk para peternak.

Sebab, dengan kejadian ini, sebagian besar peternak babi mengalami trauma. Selain itu, penjualan babi juga melemah.

Sebab masyarakat enggan membeli babi di kawasan tersebut. Karena itu rata-rata peternak mengalami kerugian mencapai Rp 15 juta.

‘’Kami tetap menunggu hasil cek lab guna mengantisipasi terulanganya kejadian serupa. Kemarin sempat saya tanya ke provinsi, katanya hasil cek lab masih dibawa ke Bogor untuk diteliti lebih dalam. Saya dengar, jumlah kucit yang mati sudah mencapai lebih dari seribu. Soalnya, yang kena bukan di Payangan saja. Tapi juga di Tegalalang,“ ucap Sedarisma.

Kepala Dinas Peternakan Gianyar, Ida Bagus Sudewa, membenarkan adanya kematian masal ternak babi.

Pihaknya menyarankan pada peternak, agar terus menjaga kebersihan kandang babi.

Pihaknya juga sudah melakukan tes infektan untuk menangkal penyebaran virus.

Terkait apa penyebab kematian tersebut, pihaknya belum mengatahuinya.

Sebab kasus ini ditangani Pemprov Bali.

“Kami masih tunggu hasil lab dari Pemprov,’’ ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved