Kota Yogyakarta Masih Semrawut
Yogyakarta di usia 260 tahun sejatinya jadi tumpuan harapan hidup warga kotanya
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Yogyakarta di usia 260 tahun sejatinya jadi tumpuan harapan hidup warga kotanya. Bukan hanya itu saja, butuh untuk jadi ruang hidup bersama yang nyaman.
Di dalam perkembangan kawasan, Yogyakarta saat ini sudah menjadi kota besar dengan segala problematika tata kotanya. Hal ini dikatakan oleh Eko Suwanto yang juga Wakil Sekretaris Pengda KAGAMA DIY, Jumat (7/10/2016).
Dijelaskan, perubahan lingkungan fisik, budaya, sosial dan relasi antar warganya perkotaan butuh ruang bersama untuk berekspresi secara bermartabat dan berbudaya.
Perubahan fisik yang terjadi, bangunan hotel dan apartemen yang terkesan semrawut dan tidak mendukung keindahan di Yogyakarta menunjukkan terjadi pembiaran dan tidak adanya pengendalian dari Walikota Yogyakarta.
Perkembangan tata kota dan kualitas lingkungan hidup yang sehat, lanjutnya, harus segera dipikirkan dan ditata ulang.
"Kita sudah merasakan bagaimana lalu lintas macet, apalagi pada jam jam padat, itu realitas yang terjadi di jalanan Yogyakarta hari ini," ujarnya.
"Kita juga liat genangan air disana sini saat hujan. Kita juga sedih wajah kota yang karut marut dan jauh dari keindahan. Kita harus segera mencari jalan keluarnya dengan mengembalikan Jogja sebagai Pusat Kebudayaan," lanjut Eko yang juga politisi muda PDI Perjuangan DPRD DIY ini.
Ditegaskan, investasi dan pembangunan ekonomi yang berjalan tak boleh hanya berikan keuntungan pada kelompok usaha besar saja.
"Pembangunan tidak boleh mengalahkan rakyat. Rakyat biasa dan mereka yang kesulitan akses usaha. Mereka butuh difasilitasi, agar bisa sama-sama sejahtera di Yogyakarta", ujar Eko Suwanto, Ketua Komisi A DPRD DIY dari Fraksi PDI Perjuangan Daerah Pemilihan Kota Yogyakarta.
"Kita memiliki UU Keistimewaan yang memiliki tujuan mewujudkan kesejahteraan dan ketentraman masyarakat.Kota Yogyakarta ke depan butuh pemimpin yang memiliki komitmen kuat untuk wujudkan Jogja sebagai Pusat Kebudayaan yang salah satunya ditandai dengan tata kota yang istimewa dan manusiawi," paparnya.
Yang juga perlu dilakukan, katanya lagi, bisa memulai dengan penertiban hotel tidak berijin dan membangun taman-taman kota dengan dukungan fasilitas perpustakaan atau free wifi yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Terutama anak-anak kita untuk bermain dan belajar. Taman Kota penting juga untuk memperkuat solidaritas sosial masyarakat. Kita juga perlu membangun pendopo-pendopo di tiap kelurahan untuk memberikan ruang berkekspresi para pelaku seni dan budaya," imbunya.
Selain itu sudah saatnya Yogja punya gedung kesenian yang memadai untuk menampilkan potensi seni budaya," tambah Eko.
Ia juga berharap, pemimpin Kota Yogyakarta kedepan harus memiliki komitmen kuat melakukan koreksi pelaksanaan kebijakan tata kota bersama-sama masyarakat.
Menuju tata kota yang indah dan bermanfaat bagi masyarakat. "Tidak boleh ada lagi pembiaran atas berbagai pelanggaran peraturan dalam mengelola tata kota ", tegas Eko Suwanto.