Sabtu, 4 Oktober 2025

Memprihatinkan! Begini Nasib Ratusan Pengikut Dimas Kanjeng yang Hidup di Tenda-tenda

Ratusan pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang tinggal di tenda dekat Padepokan memang sangat rentan terserang penyakit.

Editor: Sugiyarto
SURYA/GALIH LINTARTIKA
GILA HARTA: Petugas Dinkes Probolinggo saat memeriksa kondisi kesehatan para pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi di padepokan. Mereka terpaksa bertahan berbulan-bulan di gubuk kumuh demi menunggu janji uang yang berlipat-lipat. 

TRIBUNNEWS.COM, PROBOLINGGO - Ratusan pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang tinggal di tenda dekat Padepokan memang sangat rentan terserang penyakit.

Sebab, mereka tinggal di tenda itu tidak hanya satu atau dua hari melainkan berbulan-bulan.

Pengikut yang datang dari sejumlah daerah di Indonesia itu rela meninggalkan keluarga, pekerjaan, dan semuanya demi menunggu pencairaan penggandaan uang yang dijanjikan Dimas Kanjeng.

Mereka hidup di Padepokan itu sebatang kara. Tidak ada sanak atau keluarga di antara mereka. Antara satu pengikut dengan pengikut lainnya tak saling kenal.

Namun, mereka dipaksa keadaan untuk hidup dalam tenda yang sama demi tujuan sama yakni menunggu janji Dimas Kanjeng. Sebelum Dimas Kanjeng ditangkap polisi, aktifitas mereka cukup teratur.

Setiap hari mereka melakukan salat berjamaah, ngaji akbar, hingga melakukan amal-amalan lainnya yang disinyalir tidak sesuai syariat Islam.

Setiap pagi, mereka melakukan olahraga bersama. Namun, paska penangkapan Dimas Kanjeng terkait dugaan keterlibatannya dalam kasus pembunuhan, aktifitas mereka berubah.

Rutinitas mereka setiap hari mendadak berhenti seketika, dan mereka ibarat pengangguran tidak aktifitas dan tujuan tinggal di Padepokan.

Kondisi inilah yang membuat mereka semakin tertekan. Di satu sisi, mereka sudah kehilangan puluhan atau mungkin ratusan juta untuk mahar, namun mereka mengetahui kenyataan bahwa semuanya itu fiktif.

Dimas Kanjeng ditangkap polisi atas dugaan pembunuhan dan masih dalam penyelidikan atas dugaan penipuan dan penggelapan uang.

Mereka tidur di tenda yang hanya bertumpu pada bambu disusun rapi. Mereka tidur beralaskan dan beratap terpal.

Saat hujan turun, tenda atau camp, sebutan bagi para pengikut yang hidup di padepokan itu sangat terasa kurang nyaman.

Apalagi saat angin, terpal ini mudah tersapu angin. Tidak ada pintu atau apapun sebagai penutup satu tenda dengan tenda lainnya.

Semuanya terbuka, hanya kain tipis yang digunakan untuk menyekat satu tenda dengan tenda lainnya atau pemisah antara pengikut Dimas Kanjeng pria dan wanita.

Saat Dinkes Probolinggo turun ke padepokan ini, masih banyak ditemukan pengikut yang sakit. Namun, mereka tetap tidak mengakui bahwa kondisinya lemah.

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved