Minggu, 5 Oktober 2025

Sepenggal Kisah Perjuangan TKW Sukses Jadi Penasehat Gedung Putih

ma Matul Maisaroh, akan berpidato di depan puluhan ribu delegasi dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat yang digelar di Philadelphia

Editor: Sugiyarto
Indonesianlantern.com
Ima Matul Maisaroh bersama Presiden Amerika Serikat Barack Obama. 

TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Ima Matul Maisaroh, akan berpidato di depan puluhan ribu delegasi dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat yang digelar di Philadelphia, Pennsylvania, AS, 26 Juli 2016 besok.

Perempuan 33 tahun ini  berasal dari Desa Kanigoro, Dusun Krajan, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini memiliki kisah hidup yang mengharukan sebelum ia sukses di negara lain.

Anak pasangan, Turiyo (54) dan Alima (50) ini melarikan diri saat dijodohkan dan dinikahkan dengan orang yang tidak ia cintai.

Turiyo dan Alima menjodohkan Ima saat dia kelas 1 SMA.

"Tapi anaknya tidak suka. Mereka sudah menikah tapi belum sampai punya anak," tutur ayah Ima, Turiyo, saat ditemui di rumahnya, Senin (25/7/2016).

Turiyo dan istrinya tidak mengetahui kalau anaknya kabur, sampai pada akhirnya Ima ikut juragan yang mempekerjakan sebagai tenaga kerja wanita (TKW).

Namun mereka harus menebus Rp 600 ribu karena Ima lebih memilih ikut bekerja di Amerika ketimbang di Hong Kong.

"Kami sebagai orangtua ya hanya bisa meng-iyakan keinginan anak. Ya syukur Alhamdulillah dia bisa sukses di sana," imbuh dia sambil sesekali menyeka air matanya karena terharu dan mengingat anak sulungnya itu.

Orangtua Ima sehari-hari hanya bekerja sebagai petani.

Ima, dikatakan tidak lupa dengan keluarga dan selalu mengirim mereka uang. Bahkan, Turiyo dan Alima sudah melaksanakan ibadah Umrah.

Dalam cerita Turiyo, Ima cerai dengan suami pertama hasil perjodohan.

Setelah Ima berada di Amerika mulai tahun 1997 ia menikah dengan lelaki asal Meksiko dan dikaruniai dua anak. Yakni Aisyah dan Leonardo.

"Tak lama, mereka cerai. Dan menikah lagi dengan lelaki asal Bandung. Namanya Dian. Sudah punya anak 1. Namanya Ivana," cerita Turiyo.

Selama di Amerika, Ima mencerikan ke Turiyo dan istrinya bahwa dia membantu orang-orang yang menjadi budak dan terlantar.

Saat di Malang Ima tak lulus SMA Khairuddin. Dia  hanya sampai kelas 1. Tetapi ia melanjutkan sekolah di luar negeri dan akhirnya ia bisa menjadi penasehat Gedung Putih bidang perdagangan manusia.

"Dia (Ima) tidak mengeluarkan biaya. Ya dibayari sama juragannya yang membawanya ke Amerika sana," lanjut Alimah, ibu Ima.

Terakhir Ima pulang, lanjut dia, sudah dua tahun yang lalu. Saat Ima pulang, selalu menceritakan kegiatannya selama berada di Amerika.

Terpisah, Kepala SMA Khairuddin saat ditemui, mengatakan pihaknya bangga apabila ada siswanya yang bisa sukses di negara lain.

"Kami juga baru dapat info hari ini. Tentunya senang. Meskipun dia (Ima) tidak sampai tuntas menyelesaikan sekolahnya," tuturnya.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved