Minggu, 5 Oktober 2025

Ingin Jadi Polisi dan TNI, Cita-cita Dua Bocah Pengedar Dua Kilogram Sabu

Kak Seto hanya gelengkan kepala. Ia menyaksikan dua bocah masijh 15 tahun sudah mampu mengedarkan dua kilogram sabu.

Penulis: Budi Rahmat
Editor: Y Gustaman
Tribun Pekanbaru/Budi Rahmat
Kak Seto berbicara dengan dua bocah pengedar sabu di Polresta Pekanbaru, Riau, Senin (28/3/2016). 

Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Budi Rahmat

TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Dua kilogram bungkusan sabu tergeletak di atas meja memaksa Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto menggelengkan kepala.

Kak Seto semakin terbelalak mendapat penjelasan Kasatres Narkoa Polresta Pekanbaru, Kompol Iwan Lesmana Riza, bagaimana barang haram itu ada di mejanya.

"Ini barang buktinya. Pelakunya dua orang masih anak-anak, " beber Iwan kepada Kak Seto di Mapolresta Pekanbaru, Riau, Senin (28/3/2016).

"Ckckck..ckckckck.." keluh Kak Seto.

Ketua Dewan Konsultatif Nasional Komnas PA itu sengaja mendatangi Mapolresta Pekanbaru guna menindaklanjuti pengungkapan sabu dua kilogram yang melibatkan dua anak berusia 15 tahun.

Bersama Komisi Perlindungan Anak Riau, Kak seto ingin mengetahui lebih jauh terkait pengungkapan kasus tersebut.

Hanya Menangis

Setelah diperlihatkan barang bukti, Kak Seto kemudian berkesempatan menemui AP (15) dan EP (15), keduanya sudah polisi tetapkan sebagai tersangka.

Kak Seto mengajak keduanya berbicara di ruangan Kasatres Nakorba Polresta Pekanbaru.

Dalam obrolan tersebut, mulanya Kak Seto duduk saling berhadapan dengan AP dan EP. Kemudian, pria berkacamata ini memilih mendekat dan duduk persis di samping tersangka AP.

"Masih sekolah?" tanya Kak Seto pelan kepada keduanya.

"Masih," jawab AP.

"Bagaimana ujiannya," tanya Kak Seto lagi. AP dan EP hanya terdiam.

"Masih ingin lanjutkan sekolah, kan? Masih ingin ikut ujian akhir?" Kak Seto kembali bertanya.

"Masih, Pak. Saya masih mau sekolah lagi. Masih mau ujian," aku AP.

Kak Seto kemudian kembali bertanya, "Cita-citanya apa?" "Saya ingin jadi seorang Perwira, Pak," AP menjawab lantang.

Kak Seto mempertanyakan hal serupa kepada EP, "Kalau EP mau jadi apa?"

"Saya mau jadi TNI, Pak," ujar EP pelan.

Kak Seto semringah mendengar jawaban kedua bocah itu.

"Wah, hebat. Yang satu nanti bisa menjadi Kapolri, sedangkan EP nanti bisa menjadi Panglima TNI, " kata Kak Seto memberi harapan kepada keduanya.

Di tengah perbincangan, EP terlihat mulai tertunduk, tangisnya pecah. Ia mengusap air matanya menggunakan baju yang ia kenakan.

"Saya tahu itu (sabu, red) yang dijual terlarang. Saya sudah menolak tidak mau bekerja lagi (menjual sabu, red) tapi selalu diajak," lanjut EP berkata sambil tersedu.

Melihat EP mulai sedih, Kak Seto berupaya mencairkan suasana. "Sekolahnya harus lanjut. Cita-citanya harus dicapai. Nanti kami akan membantu," janji Kak Seto.

Tabungan

Dari perbincangan itu, AP dan EP mengakui mendapat upah per hari Rp 500 ribu. Uang tersebut mereka pakai untuk jajan serta ditabung dan diberikan kepada orangtua.

"Nah, sudah berapa banyak tabungannya," terang Kak Seto pada AP.

"Saya punya tabungan Rp 900 ribu, pak. Uangnya memang saya pakai untuk jajan. Kadang, sesekali juga diberikan kepada orangtua," terang AP.

Sementara EP mengaku sudah memiliki tabungan Rp 1,2 juta.

"Ya, saya juga pakai untuk jajan dan saya tabung. Juga diberikan kepada orangtua," ujar EP.

Saat Kak Seto mempertanyakan kepada EP apakah orangtuanya tahu pekerjaannya menjual sabu, EP lugas menjawab.

"Saya mengaku kerja jadi tukang parkir. Jadi orangtua tidak tahu," kata EP polos.

Di Polda Riau, Kak Seto melakukan audiensi terkait temuan kerangka manusia yang diduga Angelika (11) di Kabupaten Kampar.

Kemudian Kak Seto juga mengujungi Polresta Pekanbaru mendalami kronologis pengungkapan sabu dua kilogram yang melibatkan dua anak dibawah umur.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved