Kereta Ditarik 6 Ekor Kuda Putih akan Memeriahkan Kirab Jumenengan Paku Alam X
Dua keraton di Daerah Istimewa Yogyakarta sedang menjadi sorotan masyarakat.
Keadaan yang labil mengundang campur tangan Belanda untuk melakukan intervensi ke dalam keraton. Notokusumo yang sangat anti Belanda ikut tersingkir dari percaturan istana, tetapi terselamatkan nasibnya dengan kedatangan Inggris yang untuk sementara mengusir Belanda. Dianggap berjasa kepada Inggris, Notokusumo lalu dinobatkan menjadi Paku Alam I pada 17 Maret 1813, wilayahnya meliputi sebagian Kulon Progo dan sebagian Kota Yogyakarta.
Walau mempunyai wilayah kekuasaan yang kecil dibandingkan dengan tiga kerajaan Mataram lainnya (Kasultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, dan Mangkunegaran), peran anggota keluarga Pakualaman dalam membangkitkan nasionalisme melawan penjajah Belanda tampak kuat dan signifikan.
Banyak intelektual dan pejuang yang berasal dari keluarga Pakualaman. Dua tokoh besar yang lahir dari rahim Kadipaten Pakualaman ialah Suryopranoto dan Suwardi Suryaningrat. Mereka adalah cucu Paku Alam III. Suryopranoto dikenal sebagai bangsawan yang antikemapanan. Pada tahun 1920-an, dia malang melintang sebagai pemimpin aksi pemogokan kaum buruh, lalu dikenal sebagai "Sang Raja Pemogokan" (De Koning van Stakings). Sementara Suwardi Suryaningrat lebih terkenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, pendiri perguruan Taman Siswa. (Bambang Sigap Sumantri)
Artikel ini telah tayang di Kompas Digital edisi Senin 4 Januari 2016 dengan judul "Yogyakarta Bersiap Menyambut Jumeneng Dalem Paku Alam".