Jumat, 3 Oktober 2025

Mr X Terbunuh Kala Bentrok Dua Ormas di Bali Dikenal Penurut dan Ramah

Duka Lendra bertambah, selain tak punya uang untuk ongkos autopsi anaknya sebesar Rp 1,1 juta yang terasa berat, istrinya di rumah sedang sakit.

Editor: Y Gustaman
TRIBUN BALI/ZAENAL NUR ARIFIN
Satbrimoda Polda Bali yang berada di sekretariat ormas yang terlibat bentrok. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Dewa Made Satya Parama

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Di sebuah lorong Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, seorang pria masuk ke ruang instalasi gawat darurat untuk melihat putranya terbaring kaku. 

Nyoman Lendra (50) baru saja kehilangan Made Mertayasa alias Donal, putranya yang tewas dalam bentrokan dua organisasi masyarakat di Jalan Teuku Umar, Denpasar, Kamis (17/12/2015).

Duka Lendra bertambah, selain tak punya uang untuk menebus ongkos autopsi anaknya sebesar Rp 1,1 juta yang terasa berat, istrinya di rumah sedang sakit. Ia bingun kemana harus mencari pinjaman untuk melunasi biaya autopsi.

"Ternyata disuruh bayar autopsi, biayanya kalau tidak salah Rp 1,1 juta,” Lendra mengeluh. "Saya sudah ikhlas dengan kepergiannya (Donal) meskipun berat, tapi ditambah harus mengeluarkan biaya jadinya tambah bingung.”

Beberapa anggota keluarga terlihat sibuk saat harus mengurus surat ke Polresta Denpasar. Setelah urusan biaya autopsi di rumah sakit beres, keluarga segera membawa pulang jenazah Mertayasan ke rumah untuk didoakan dalam upacara bersama warga yang lain.

“Rencananya pada 24 Desember akan diadakan upacara” ucap si ayah.

Ni Wayan Gadung (45) kepada Tribun Bali menceritakan putranya saat hendak berangkat menjenguk temannya di RSUP Sanglah tidak membawa kartu identitas apapun. “KTP, SIM dan STNK-nya di rumah. Makanya dia disebut Mr X kemarin,” jelas dia.

Meski sudah ikhlas, Gadung tidak mampu menyembunyikan duka karena kehilangan putra yang ia kenal ramah dan patuh selama ini. Air matanya membanjiri kantung matanya.

"Sebelum pergi ia sempat berjanji akan mengantarkan saya terapi untuk penyembuhan penyempitan saraf yang saya derita,” ucap Gadung sambil mengusap air matanya.

Dia berharap pelaku diberikan pencerahan dan mulai introspeksi diri. “Semoga saja dia (pelaku) berpikir bahwa kehilangan orang tercinta itu sangat menyedihkan” imbuh Gadung.

Luka Sabet

Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Dudut Rustyadi, membeberkan hasil autopsi untuk Wayan Purnama Yasa alias Dogler (32) mengalami luka tusuk di punggung dan perut. Ada juga luka lecet dan memar di wajah, luka tangkisan di punggung tangan kiri.

“Sebab kematiannya terdapat luka tusuk yang mengenai jantung dan mengakibatkan pendarahan hebat,” jelas dia.

Jenazah kedua, Ketut Budiarta (36), korban bentrokan di Teuku Umar, mengalami dua luka tusuk di dada kanan, dua punggung kanan, satu di punggung kiri.

Terdapat juga luka tangkis lengan bawah kanan, telapak kanan dan lengan atas kiri. Kemudian juga terdapat lecet di kedua lutut. Kematiannya tersebab luka yang menembus paru sehingga menyebabkan pendarahan.

Putu Sumariana alias Robot mengalami dua luka tusuk di dada kiri, satu di perut kiri, luka lecet kepala, tangan, lutut dan bibir. Penyebab kematiannya ada luka menembus paru sehingga mengakibatkan pendarahan.

Hasil autopsi Mertayasa, luka di perut hingga usus terburai, luka sabetan kedua lengan, luka-luka di punggung terkena ujung senjata dan satu luka tusuk punggung. “Luka di perut yang mengenai pembuluh nadi usus kanan merupakan penyebab kematiannya” jelas dokter.

Hanya tiga jenazah yang sudah dipulangkan pihak keluarga, sementara jenazah Putu Sumariana alias Robot masih berada di ruang jenazah. “Hanya satu saja yang belum dipulangkan,” ucap petugas forensik. 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved