Mr X Terbunuh Kala Bentrok Dua Ormas di Bali Dikenal Penurut dan Ramah
Duka Lendra bertambah, selain tak punya uang untuk ongkos autopsi anaknya sebesar Rp 1,1 juta yang terasa berat, istrinya di rumah sedang sakit.
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Dewa Made Satya Parama
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Di sebuah lorong Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, seorang pria masuk ke ruang instalasi gawat darurat untuk melihat putranya terbaring kaku.
Nyoman Lendra (50) baru saja kehilangan Made Mertayasa alias Donal, putranya yang tewas dalam bentrokan dua organisasi masyarakat di Jalan Teuku Umar, Denpasar, Kamis (17/12/2015).
Duka Lendra bertambah, selain tak punya uang untuk menebus ongkos autopsi anaknya sebesar Rp 1,1 juta yang terasa berat, istrinya di rumah sedang sakit. Ia bingun kemana harus mencari pinjaman untuk melunasi biaya autopsi.
"Ternyata disuruh bayar autopsi, biayanya kalau tidak salah Rp 1,1 juta,” Lendra mengeluh. "Saya sudah ikhlas dengan kepergiannya (Donal) meskipun berat, tapi ditambah harus mengeluarkan biaya jadinya tambah bingung.”
Beberapa anggota keluarga terlihat sibuk saat harus mengurus surat ke Polresta Denpasar. Setelah urusan biaya autopsi di rumah sakit beres, keluarga segera membawa pulang jenazah Mertayasan ke rumah untuk didoakan dalam upacara bersama warga yang lain.
“Rencananya pada 24 Desember akan diadakan upacara” ucap si ayah.
Ni Wayan Gadung (45) kepada Tribun Bali menceritakan putranya saat hendak berangkat menjenguk temannya di RSUP Sanglah tidak membawa kartu identitas apapun. “KTP, SIM dan STNK-nya di rumah. Makanya dia disebut Mr X kemarin,” jelas dia.
Meski sudah ikhlas, Gadung tidak mampu menyembunyikan duka karena kehilangan putra yang ia kenal ramah dan patuh selama ini. Air matanya membanjiri kantung matanya.
"Sebelum pergi ia sempat berjanji akan mengantarkan saya terapi untuk penyembuhan penyempitan saraf yang saya derita,” ucap Gadung sambil mengusap air matanya.
Dia berharap pelaku diberikan pencerahan dan mulai introspeksi diri. “Semoga saja dia (pelaku) berpikir bahwa kehilangan orang tercinta itu sangat menyedihkan” imbuh Gadung.
Luka Sabet
Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Dudut Rustyadi, membeberkan hasil autopsi untuk Wayan Purnama Yasa alias Dogler (32) mengalami luka tusuk di punggung dan perut. Ada juga luka lecet dan memar di wajah, luka tangkisan di punggung tangan kiri.
“Sebab kematiannya terdapat luka tusuk yang mengenai jantung dan mengakibatkan pendarahan hebat,” jelas dia.
Jenazah kedua, Ketut Budiarta (36), korban bentrokan di Teuku Umar, mengalami dua luka tusuk di dada kanan, dua punggung kanan, satu di punggung kiri.