Rabu, 1 Oktober 2025

Polda Papua Belum Bisa Mengidentifikasi Kelompok Penyandera WNI di Papua Nugini

Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw menegaskan pihaknya belum dapat memastikan kelompok bersenjata yang menyandera 2 WNI

Editor: Gusti Sawabi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pejabat baru Kapolda Papua Brigjen Pol. Paulus Waterpauw (kiri) berfoto dengan pejabat baru Kapolda Papua Barat Brigjen Pol. Royke Lumowa (kanan) usai Upacara Serah Terima Jabatan Kapolda Papua dan Kapolda Papua Barat, di Rupatama Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (31/7/2015). Brigjen Pol. Paulus Waterpauw yang sebelumnya menjabat Kapolda Papua Barat itu, menggantikan Irjen Pol. Yotje Mende yang memasuki masa pensiun, dan jabatan Kapolda Papua Barat digantikan oleh Brigjen Pol. Royke Lumowa. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN) 

Tribunnews.com, Jayapura – Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw menegaskan pihaknya belum dapat memastikan kelompok bersenjata yang meyandera  dua warga negara Indonesia di wilayah Perbatasan RI-Papua Niugini (PNG) sejak 9 September lalu.

Menurut Waterpauw, Polda Papua kesulitan melakukan identifikasi kelompok penyandera karena informasi yang sangat minim dan belum ada bukti berupa foto atau bukti lain yang bisa menunjukkan keberadaan kelompok tersebut.

"Hingga kini belum ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab dengan hilangnya dua warga Indonesia. Sementara informasi dari tentara PNG yang diterima Konsulat RI di Vanimo tidak menyertakan bukti-bukti yang bisa menunjukkan keberadaan mereka," jelas Waterpauw di Jayapura, Senin (14/9/2015).

Untuk itu, Waterpauw mengaku sudah mengutus 3 tokoh masyarakat Skouw, wilayah perbatasan RI-PNG yang mempunyai akses tradisional dengan warga PNG untuk mencari informasi terkait kasus penyanderaan tersebut. Namun sejauh ini, menurutnya belum ada hasil dari upaya ketiga tokoh masyarakat yang diutus.

Mengenai beredarnya kabar dugaan keterlibatan Jefry Pagawak, tokoh yang pernah dikaitkan dengan Peristiwa Abepura Berdarah 2006 lalu, ditampik Waterpauw yang menyebut belum ada bukti-bukti yang mengarah kepada kelompok ataupun orang tertentu.

"Kami masih menunggu informasi dari 3 tokoh masyarakat yang sudah diutus untuk mencari informasi diwilayah perbatasan PNG. Sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku terlibat ataupun bukti yang mengarah kepada kelompok atau orang tertentu," jelas Waterpauw.

Seperti diberitakan sebelumnya, Konsulat RI di Vanimo, Elmar Lubis, mengatakan telah mendapat konfirmasi dari tentara PNG terkait penyanderaan dua warga negara RI oleh kelompok bersenjata tidak dikenal yang bersembunyi di Kampung Skowtiau, PNG, Sabtu (12/9/2015) lalu.

Dua warga negara Indonesia, yang diduga disandera yakni Sudirman (28) dan Badar (30), yang sehari-hari bekerja sebagai operator penebang pohon (chain saw) yang menghilang sejak penyerangan sekelompok orang bersenjata terhadap penebang kayu di hutan Kampung Skofro, Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom, Rabu (9/9/2015) lalu.

Dalam penyerangan itu, seorang penebang kayu, Kuba Marmahu (38) mengalami luka tembak dan luka panah yang berhasil diselamatkan Pasukan Penjaga Perbatasan yang kemudian mengevakuasi ke RS Keerom dan selanjutnya dirujuk ke RS Bhayangkara Jayapura. (Kontributor Jayapura, Alfian Kartono)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved