Ibadah Haji 2015
Sambil Nangis, Farida Langsung Cari Ponsel Hubungi Ayahnya di Mekkah
Begitu melihat pemberitaan tragedi crane roboh di Masjidil Haram di televisi, Ida, sapaan akrabnya langsung menangis.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rina Eviana
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Tragedi tumbangnya alat derek (crane) akibat hujan badai dan menimpa salah satu bagian Masjidil Haram membuat keluarga jemaah calon haji di Tanah Air panik.
Hal itu juga dirasakan Zaenur Farida (29) warga Desa Majakerta, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Begitu melihat pemberitaan tragedi crane roboh di Masjidil Haram di televisi, Ida, sapaan akrabnya langsung menangis.
Ia buru-buru mencari telepon genggam untuk menelepon sang ayah, Muryanto (63) yang sedang menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.
"Aku panik. Langsung telepon sambil menangis. Alhamdulilah bapak tidak apa-apa," tuturnya kepada Tribun Jogja, Sabtu (12/9/2015).
Ida bilang, pada Jumat malam ia sempat berkirim SMS kepada sang ayah. Ayahnya sempat bercerita hendak salat magrib di Masjidil Haram namun cuaca tidak mendukung karena pada Jumat (11/9/2015) sore Mekah diguyur hujan deras disertai badai.
"Semalam bilang memang mau pergi ke Masjidil Haram, salat. Tapi hujan badai, jadi urung dan memilih salat di pondokan," cerita Ida lagi.
"Semalam saya tidur cepat. Jadi enggak tahu kabar itu. Pagi-pagi teman dan saudara tanya kondisi bapak karena ada tragedi itu. Saya pun panik. Lihat tivi, lalu telepon sambil nangis," kisahnya.
Muryanto kepada Ida juga bercerita bahwa ketika kejadian ada dua orang anggota regunya salat di Masjidil Haram. Setelah dicek keduanya selamat. "Bapak ketua regu. Jadi langsung cek dan semua anggotanya selamat dari tragedi crane itu," ucap Ida.
Adapun sang ayah merupakan jemaah calon haji yang berangkat dari kloter 16 embarkasi Solo, Jawa Tengah. "Saat ini kondisi di sana sudah terkendali. Alhamdulilah," tutup Ida.