Perjuangan Ipda Friska Untuk Menjadi Perwira Polri Tidaklah Mudah
Menjadi perwira polisi memang sudah menjadi cita cita Inspektur Polisi Dua (Ipda) Friska Nufrida.
Barulah ketika dia mendaftar di Akademi Kepolisian, langkahnya mulus dan langsung dinyatakan lolos seleksi pada tahun 2011 lalu.
"Tuhan sudah rencanakan saya jadi polisi, proses seleksi saya lalui tanpa ada kesulitan dan alhamdulillah saya bisa jadi taruna Akpol tanpa ada praktik KKN sama sekali," katanya.
Fauzy menuturkan, saat duduk di bangku kelas satu SMA Taruna Nusantara, dia sama sekali tidak melirik Polri menjadi tujuan utamanya.
Namun beranjak kelas tiga, dia mulai mengagumi polisi meski belum terbersit sedikitpun keinginan menjadi seorang polisi.
"Awalnya saya kagum, tapi belum kepikiran mau jadi polisi. Saya kagum lihat polisi melayani masyarakat di jalan macet, mengungkap kasus kejahatan. Bagi saya polisi itu pahlawan," katanya.
Lantaran tak diterima jadi dokter atau ahli kimia, Fauzy memantapkan hati untuk mendaftar dan mengikuti seleksi Akpol.
Berbagai persiapan dilakukan Fauzy, mulai dari latihan fisik hingga mengasah kemampuan akademiknya.
"Saya berlatih keras, fisik. Akademik dan pengetahuan umum, serta psikologi. Semuanya saya latih, dan alhamdulillah saya dinyatakan lulus," katanya.
Mendapat gelar Adhy Makayasa atau lulusan terbaik dari Akpol sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Fauzy.
Gelar Adhy Makayasa dianggap Fauzy sebagai pecut agar dia bisa lebih belajar banyak tentang organisasi Polri.
"Ke depan saya harus belajar lebih banyak, agar bisa menjalankan tugas melayani masyarakat dengan baik dan membawa organisasi Polri menjadi lebih baik," katanya.
Setelah ini dia akan mendalami ilmu Reserse Kriminal. Di mata Fauzy, mendalami Reskrim merupakan bentuk pelayanan yang bersentuhan langsung kepada masyarakat.
"Bagi saya pribadi lebih tertarik menjadi reserse, karena bisa menangkap penjahat dan mengungkap kasus kejahatan yang merugikan masyarakat," pungkasnya. (*)