Pilkada Surabaya
Muncul Wacana Poros Tengah, Koalisi Majapahit Terancam Rontok
Peluang hanya muncul satu calon tunggal dan bakal tertundanya Pilwali Surabaya bisa jadi terpatahkan.
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Peluang hanya muncul satu calon tunggal dan bakal tertundanya Pilwali Surabaya bisa jadi terpatahkan.
Saat ini muncul wacana terbentuknya poros tengah. Koalisi baru yang beranggotakan tiga partai.
Bahkan, persiapan terwujudnya poros baru itu tadi malam telah dilakukan serius.
Informasinya, anggota poros tengah itu memastikan mengadakan pertemuan khusus.
Mereka segera menetapkan calon untuk didaftarkan ke KPU pada hari terakhir, Selasa (28/7/2015).
Ketiga partai yang bakal tergabung dalam Poros Tengah adalah PKB (5 kursi), Hanura (3), dan Nasdem (2).
Ketiga parpol ini jika berkoalisi cukup untuk mengusung calon sendiri. Meski, PKB saat ini termasuk salah satu partai yang tergabung dalam Koalisi Majapahit.
Namun dalam politik mengenal pakem, tidak ada yang tidak mungkin. Hanya kepentingan yang menjadi roh dalam politik.
Saat menjelang berakhirnya masa pendaftaran calon wali kota, PKB dikabarkan bergabung dengan Poros Tengah tersebut.
Apalagi saat ini sudah turun rekomenasi dari DPP PKB bahwa Ketua DPC PKB Syamsul Arifin adalah calon wali kota dari partai ini. Meski sejauh ini belum diketahui persis, siapa pendamping Syamsul.
Lahirnya koalisi baru tersebut disampaikan Ketua DPD Partai Hanura Jatim, Soedjatmiko. Partainya mengaku sudah sejak awal proses demokrasi di Pilwali Surabaya ini harus berjalan dengan fair.
Tidak ada parpol yang menghambat jalannya pemilihaj kepala daerah di Surabaya.
"Kami sudah menerima rekomendasi nama calon yang akan kami usung dalam Pilwali Surabaya. Rekom itu kami terima hari Sabtu lalu, saat ini surat rekomnya sudah dibawa Ketua DPC Partai Hanura Surabaya," ujar Soedjatmiko, Senin (27/7) sore.
Rekom itu juga menyebutkan bahwa Hanura menjatuhkan pilihan calon wali kota untuk Syamsul Arifin, Ketua DPC PKB Surabaya.
Soedjatmiko tak bisa memberi alasan sehingga nama Syamsul tiba-tiba dipilih DPP Hanura sebagai calon wali kota dari partai ini.
"Rekomnya memang menyebutkan sat paket. Calon wali kota adalah Syamsul dan wakilnya Warsito (Sekretaris DPC partai Hanura Surabaya. Jadi kamis siap maju dengan menggandeng PKB, dan Nasdem. Kami sudah saling komunikasi," klaim Soedjatmiko.
Munculnya sosok Syamsul memang dipertanyakan. Namun Soejatmiko berdalih bahwa DPP Hanura memiliki penilaian tersendiri. Dan itu semua kewenangan DPP. Akankah ini akan melahirkan calon boneka?
Soedjatmiko menolak dikatakan kalau koalisi poros tengah itu sebagai calon boneka atau abal abal. Atau sekadar calon pendamping.
Sebab, Hanura serius untuk mencari sosok pemimpin Surabaya untuk lima tahun ke depan sesuai dengan aspirasi rakyat.
"Kami melihat Risma buka segalanya. Bukan tak bisa dikalahlan. Makanya, Malam ini (tadi malam) kami menjadwalkan bertemu dengan PKB dan Nasdem untuk mermbicarakan masalah ini. Pasangan yang kita sepakati, Selasa akan kami daftarkan ke KPU," kata Soedjatmiko.
Saat ini, pasangan calon wali kota PDIP, Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana telah mendaftar ke KPU. Di mata Soedjatmiko, pasangan ini bukanlah orang terkuat yang tak bisa dikalahkan.
Dia memberi gambaran, Pak Harto (Soeharto) dianggap yang terbaik. Ternyata saat SBY memimpin ternyata lebih baik.
Begitu juga saat gubernur Pak Noor diaggap terbaik, begitu dipimpin Basofi dan sekarang Pakde Karwo juga makin baik. Koalisi poros tengah serius.
Kamis besok, DPD akan memanggil semua anggota DPRD Surabaya dari Hanura membicarakan bagaimana strategi pemenangan pasangan yang akan diusung di koalisi poros tengah ini. Seluruh PAC juga akan diundang.
"Aspirasi kami ini sesuai dengan keinginan DPP Partai Hanura untuk mengawal proses demokrasi di Surabaya. Karenanya kami sejak awal menolak adanya calon abal abal yang sempat mencuat di media. Calon kami fight. Siap berkompetisi," tambahnya.
Sekretaris DPC Partai Hanura Warsito saat dikonfirmasi mengaku belum tahu soal rekom untuk dirinya. Termasuk saat disinggung bahwa dirinya masuk nama rekom sebagai cawawali.
"Soal pertemuan tiga partai, itu mungkin kewenangan masing masing ketua parpol," kata Warsito.
Sementara itu, Sekretaris DPD Nasdem Surabaya Vincentius Awe saat dikonfirmasi juga mengatakan belum menerima undangan menyangkut pertemuan tiga parol koalisi ppros tengah tersebut. Dirinya belum tahu kalau ada koalisi baru poros tengah ini.
PKB Pastikan Tetap Jadi Kontestan Pilwali
Ketua DPC PKB Surabaya memastikan bahwa partai ini akan tetap harus menjadi kontestan dalam Pilwali Surabaya.
Apalagi saat ini sudah turun rekom calon wali kota dari partai ini dari DPP untuk Syamsul. Meski Syamsul tak mengetahui pasangannya siapa.
Namun khusus menyangkut Poros Tengah, Syamsul menyatakan bahwa itu akan menjadi pilihan yang sulit bagi partainya.
Adik Imam Nahrawi ini juga sudah terlanjur menjadi salah satu deklarator Koalisi Majapahit.
"Sulit dalam nalara kami jika harus keluar dari koalisi Majapahit. Itu sama saia menjilat ludah sendiri. Kami tak mungkin lakukan ini. Tak mungkin," reaksi Syamsul saat ditemui sekretariat DPC PKB Surabaya.
Syamsul juga mengatakan belum mendapat undangan acara pertemuan tiga partai di Poros Tengah.
Setidaknya hingga pukul 19.00 tadi malam, tak ada undangan untuk dirinya maupun partainya.
"Kalau ada undangan tentu kami akan hormati. Aplagi tujuannya baik. Soal rekom Hanura, silaka ditunjukan ke kami," kata Syamsul.
Pria yang identik dengan kopyah hitam ini mengaku memang pernah ada komunikasi dengan Hanura. Ada penjajaan koalisi.
Namun saat itu ditanggapi kalau kemudian mau maju, bagiamana dengan kekurangan kursi.
Apakah akan menggandeng Nasdem. Sebab, PKB sudah berprinsip bahwa tetap harus maju.
"Prinsip partai kami tetap harus menjadi kontestan. Entah itu ada di L1 atau L2. Tapi kala sekarang rekomnya sudah jelas L1 untuk PKB, masak turun drajat," kata Syamsul yang adik Menpora itu.
Di sisi lain, koalisi Majapahit belum juga menuju kepastian siapa calon wali kotanya. Padahal amanah PKB, Syamsul harus menjadi L1. Kecuali ada perintah susulan dari DPP menganulir rekom.
Saat ini, tim Koalisi Majapahit tengah merangking para calon mereka. Sudah diketahui bahwa ada 4 bakal calon walikota.
Yakni Dhimam Abror, Samsul Arifin, Sukoto, dan Angga.
Sedangkan calon untuk Wawali juga berjumlah 4 orang yakni Alim Basa Tualeka, M. Ilyas, A. Suyanto dan Siswandi
Secara eksplisit, Syamsul Arifin mengaku akan menunggu perkembangan di koalisi majapahit hingga Selasa besok.
Sebab saat itu koalisi yang terdiri atas 6 partai, PKB, Demokrat, PAN, PKS, Golkar, dan Gerindra akan menentukan siapa calon yang akan diusung dari koalisi majapahit.
"Sejak 2014 lalu kami selalu tekankan bahwa PKB Surabaya akan maju dalam Pilwali ini. PKB ingin running sejak awal. Dengan siapapun pasangan bakal cawawalinya saya siap untuk bertarung dalam Pilwali nanti," terang Syamsul.
Khusus Koalisi Majapahit, selama enam bulan PKB mengaku ada di dalam koalisi ini. Koalisi ini juga mengajak PPP masuk.
"Yang jelas, PKB tetap harus jadi kontestan. Terjemahannya bagamana dan bersama siapa, ikuti saja," ucap Syamsul.
Syamsul juga menandaskan bahwa dia akan tetap bersama koalisi Majapahit. PKB juga dikatakan tak ingin hanya mengntarkan Risma menjadi wali kota begitu saja.
Menurutnya, bergabung dengan partai lain itu harus dilihat kepentingan dan harus melihat visi partainya.
Sementara itu munculnya wacana koalisi poros tengah ini mendapat apresiasi Whisnu Sakti Buana, Ketua DPC PDIP Surabaya.
Namun cawawali PDIP ini belum mau berbesar hati dulu sebelum ada kepastian bahwa memang Poros Tengah terbentuk dan memastikan mendaftar ke KPU.
"Ya tak masalah kalau ada wacana seperti itu, tapi apa benar ada koalisi poros tengah. Tetap akan saya tunggu hingga mereka benar-benar mendaftar," kata Whisnu.
Koalisi Majapahit Bereaksi
Atas menguatnya wacana terbentuknya Poros Tengah, Ketua DPC Gerindra BF Sutadi bereaksi keras.
Jika ada anggota koalisi Majapahit yang menelikung dan menentukan pilihan politiknya, partai tersebut tak mengenal etika politik.
"Kami yakin bahwa PKB tetap ada di pihak koalisi Majapahit. Sebab, ini menyangkut etika dalam berpolitik. Etikanya harus diberi tahu," tambah Sutadi.
Namun ada indikasi kuat bahwa PKB memang dispekulasikan akan hengkang dari Koalisi Majapahit.
Indikasi itu diperkuat dengan perginya Syamsul dari kantor DPC PKB Surabaya pada malam tadi. Di saat yang sama, Syamsul saat ditemui di kantor DPC juga meminta izin keluar.
Bahkan BF Sutadi yang menjadi koordinator Koalisi Majapahit tadi malam juga mendapat pesan dari Syamsul Arifin, bahwa ketua DPC PKB ini akan datang terlambat dalam pertemuan Koalisi Majapahit.
"Syamsul izin telat saat kami bersama anggota koalisi menggelar petemuan," kata Sutadi.