Lagi, Komodo Mati di Tempat Penangkaran di Kebun Binatang Surabaya
- Seekor komodojantan tertua berusia 22 tahun ditemukan tidak bernyawa oleh petugas Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS)
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Seekor komodojantan tertua berusia 22 tahun ditemukan tidak bernyawa oleh petugas Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS), Minggu 24/5/15) pagi.
Hal ini menyebabkan koleksi satwa endemik Indonesia yang populasinya tinggal 2.500 ekor di alam itu berkurang.
Kematian komodo di KBS bukan sekali ini saja.
KBS merupakan salah satu tempat penangkaran yang ditunjuk untuk mengelola populasi komodo.
“Pukul 07.30 WIB kami menemukan komodo itu sudah tergeletak lemas di dalam kandang,” ungkap Kepala Perawat Satwa Komodo, Suraji.
Saat ditemukan, komodo jantan itu diketahui menempati kandang peraga komodo 1-A bersama empat jantan dan dua betina lainnya.
Komodo tertua itu diketahui bernomor chip 0001435BB9 dengan ID lokal KBS K-8. Saat didatangkan pada 2000, komodo K-8 masih berusia tujuh tahun dengan kondisi ekor buntung sehingga secara reproduksi tidak dapat berfungsi.
Menurut hasil otopsi pihak KBS, ada pembengkakan di organ jantung yang diduga karena pengaruh faktor usia dam menurunnnya fungsi organ pada satwa itu.
Sampel organ jantung dan organ lainnya kemudian dikirim ke Laboratorium Kesehatan Hewan Universitas Airlangga untuk diteliti lebih lanjut.
Jika dilihat berdasarkan usia, pihak KBS mengatakan umur rata-rata kehidupan komodo di KBS sekitar 20 tahun, sedangkan di luar KBS lebih rendah sekitar 15 tahun.
Maka, kesimpulan mereka, kematian komodo itu termasuk lumrah mengingat faktor usia yang melebihi perkiraan.
“Komodo di KBS bisa lebih lama masa hidupnya karena kondisi tempat dan makanan yang baik juga. Jarang di tempat lain ada yang seperti ini,” ungkap Aschta Boestani-Tajudin, Direktur Utama KBS.
Ia mengaku sangat berduka atas kematian satwa bernama latin Varanus Komodoensis itu.
Namun, dia mengaku akan tetap meningkatkan kesejahteraan satwa di KBS sebagai ikon kebanggaan kota Surabaya.
Sementara itu, dr Liang Kaspe, mantan Direktur Operasional KBS, mengatakan, justru umur komodo bisa lebih panjang dari prediksi pihak KBS.
“Kalau secara umum bisa sampai 50 tahun, daya tahan tubuh reptil karnivora itu kuat meski tidak semua,” ungkapnya kepada Surya, Senin (25/5/15).
Menurut dia, lingkungan yang mendukung dan makanan yang sehat juga mempengaruhi daya tahan komodo.
Makanan komodo biasanya daging merah segar, dan yang terbaik ialah daging kambing sebab kandungan proteinnya tinggi.
Sekali makan, komodo dewasa bisa mengonsumsi sekitar 5 Kg sampai 6 Kg daging. Cadangan makanan ini dapat mengenyangkannya selama 2 minggu.
Meski demikian, dr liang mengatakan KBS sudah cukup bagus membudidayakan kadal terbesar itu dilihat dari jumlah perkembangbiakannya yang terus bertambah.
KBS menerima 11 ekor komodo pada tahun 2000 yang berperan penting sebagai generasi parenting (F-0) untuk populasi sekarang yang jumlahnya mencapai 80 ekor.
Komodo dalam jumlah itu bervariasi mulai dari f-0 sampai f-3.
Namun tetap saja komodo dengan jumlah yang terus bertambah itu harus dilepas liarkan nantinya.
“Saat ini KBS perlu mempersiapkan lepas liar komodo ke pulau asalnya, karena jumlahnya terus bertambah dan lahan yang ada terbatas. Memang di sana ada sekitar 6 kandang untuk dewasa, isinya disesuaikan kapasitas. Pemisahan berdasar faktor usia,” tambah dr Liang.
Selanjutnya, pihak KBS menyatakan pada 27-28 Mei 2015 akan dilakukan pemasangan microchips pada anakan komodo yang berjumlah 12 ekor.
Selain itu dilakukan penimbangan dan pengukuran badan, hal tersebut dilakukan secara berkala untuk mengontrol kesehatan dan perkembangan seluruh komodo yang dimiliki.