Sabtu, 4 Oktober 2025

Tak Ada Uang, Sofi Hanya Bisa Mengelus-elus Bayinya yang Nangis Menderita Hydrocephalus

Dalam rumah berdinding tembok dan berlantai plesteran itu, nampak seorang ibu menggendong bayi dengan kepala membesar.

Editor: Sugiyarto
Tribun Jogja/Agung Ismiyanto
Sofiyanti menggendong sang anak Muliasari Ramadhani di rumahnya, Senin (16/2/2016). 

Saat usia Mulia mencapai enam bulan, Sofi pernah mencoba membawanya ke RS Elisabeth di Semarang.

Dari situ, dia mengetahui jika bayinya tidak bisa dioperasi karena cairan dalam otak sangat banyak dibanding otak bayinya.

Diapun pasrah, akhirnya kini dia hanya bisa merawat bayinya dengan keterbatasan. Setiap hari dia memberikan cereal instan yang dibeli di warung.

Sementara, Mulia tidak bisa minum air susu ibunya (ASI) sendiri lantaran bibirnya menderita bibir sumbing, dia terpaksa memberi susu formula.

Tak punya penghasilan

Sofiyanti memegang teguh keikhlasan dan rasa syukur, tidak semata-mata mengumbar pahit dalam kehidupannya. Meskipun, kepala Mulia semakin membesar akibat cairan yang membungkus otaknya.

Dan, praktis tubuh bayi itu lemah hanya dapat berbaring di tempat tidur dan sesekali dipangkunya.

Selain harus merawat ekstra keras dibandingkan dengan merawat bayi normal, setiap malam jam tidur Sofi terganggu.

Ibu dua putri ini nyaris tidak pernah tidur nyenyak karena harus menemani Mulia, yang terus menangis menahan sakit di kepalanya.

“Saya tidak bisa tidur karena suara anak saya. Saya gendong karena saya tidak bisa bebuat apa-apa,” ungkap Sofi yang kerap menidurkan bayinya pada pukul 04.00 pagi.

Sementara, di rumahnya yang sederhana dengan eternit anyaman bambu itu, Sofi tinggal bersama putri sulungnya yang berumur 8 tahun.

Sedangkan sang suami, Nanung Nur Yula (26), saat ini meringkuk di jeruji besi di Mapolres Magelang Kota lantaran tersandung kasus percobaan pencurian sepeda motor di Kota Magelang belum lama ini.

"Suami saya mungkin pikirannya sedang kalut sampai mencoba mencuri motor. Sekarang jadi begini. Saya pernah ajak Mulia ke kantor polisi, siapa tahu bisa meringankan hukuman suami saya," ujar Sofi.

Dengan kondisi ini, Sofi tidak memiliki pemasukan uang untuk kehidupan sehari-hari.

Terlebih untuk mengobati Mulia yang biayanya mencapai jutaan rupiah. Untuk menyambung hidup, Sofi terkadang ikut membungkusi permen asem milik tetangganya.

“Saya kerap terpaksa berhutang kepada sanak saudara untuk sekedar membeli susu dan bubur bayi. Bahkan, untuk biaya sekolah putri pertama saya, saya juga bingung,” ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved