Jumat, 3 Oktober 2025

Setahun Banjir Tomohon, Korban Masih Tinggal di Pinggir Jalan, Belum Pernah Dapat Bantuan

Hari ini, Kamis, 15 Januari 2015, tepat satu tahun bencana banjir bandang dan longsor menghantam Kota Manado dan Tomohon.

Editor: Sugiyarto
TRIBUNMANADO/FRANSISKA NOEL
Ibrahim Nelwan warga Kelurahan Komo Luar makan di depan rumahnya yang hancur karena terjangan banjir bandang 

Di lokasi ditemukannya tiga jenazah ketika longsor masing-masing Fecky, Linda, dan sang cucu, Jeremia kini sudah ditumbuhi alang-alang juga. Hanya sedikit warga yang singgah untuk melihat lokasi bencana yang memilukan itu.

"Perbedaannya dengan dulu hanya tampak sepi saja, karena sudah tak ada lagi tetangga dekat yang tinggal disini," jelas Welly Mantik, warga setempat.

Welly merupakan satu di antara warga yang selamat dalam bencana tersebut. Ia tinggal tak jauh dari rumah yang ambruk seluruhnya akibat terbawa longsor hingga memakan korban jiwa.

Hingga kini rumah papan dua tingkat miliknya masih berdiri kokoh dipingir jalan Manado-Tomohon, dan masih ditinggalinya bersama sang istri, Yenny Rapar.

"Karena sudah panas-panas, maka saya kembali lagi untuk tinggal di sini sambil berjualan buah-buahan untuk menafkahi keluarga,' ujarnya.

Diakuinya, kendati rumahnya masih berdiri kokoh, namun ketika cuaca memburuk dengan derasnya hujan yang turun, tetap membuatnya bersama keluarga waswas, sehingga kadang tidak tidur semalam untuk berjaga-jaga dari bencana.

"Jika hujan turun malam-malam, maka saya dan keluarga tidak tidur, semuanya saya panggil keluar untuk memantau keadaan. Jika kondisi terlihat membahayakan, maka seluruh anggota keluarga langsung diungsikan ke tempat aman," tuturnya.

Menurut Welly, bersama keluarga, dirinya tetap bertahan tinggal di pinggir ruas jalan kendati disadari risiko terkena bencana cukup besar setiap waktu.

"Semua Yang di Atas yang tahu, karena tidak tahu lagi akan tinggal di mana lagi. Terpaksa tetap bertahan di sini, karena janji pemerintah untuk melakukan relokasi tak kunjung ditepati," katanya.

Kondisi di sekitar lokasi tinggalnya tambah dia cukup memprihatinkan. Sebab, setelah bukit-bukit di-cuting untuk perluasan jalan, tak ada lagi drainase yang tersedia, sehingga air banyak meresap ke dalam tanah dan ada juga yang mengalir di atas jalan saat hujan deras turun.

"Karena saluran airnya sudah tertutup akibat di- cuting pemerintah, maka air hujan banyak yang lewat di jalan. Kondisi ini tak baik karena bisa memicu terjadinya longsor. Jadi baiknya cepat dibuat drainase lagi, dan kalau bisa jalan diperbaiki atau diperlebar lagi agar lebih aman dilalui masyarakat," harapnya.

Sementara itu, Wali Kota Tomohon Jimmy Eman, hari ini mulai pukul 10.00 Wita akan mengadakan tabur bunga di lokasi bencana, yang diawali dengan ibadah bersama di Keluarga Toar-Purukan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Kota Tomohon, Robby Kalangi mengatakan, tabur bunga ini dilaksanakan untuk mengenang peristiwabencana yang terjadi pada 15 Januari 2014 lalu, sekaligus mengingatkan seluruh masyarakat untuk cinta dan peduli dengan alam
sekitar.

"Masyarakat Tomohon selalu diingatkan akan pentingnya menjaga kelestarian
alam dan lingkungan sekitar kita, agar terhindar dari bencana yang mungkin terjadi dan membuat masyarakat susah," tukasnya.

Kami Tinggal di Tepi Jalan

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved