Kamis, 2 Oktober 2025

Berita Eksklusif Jawa Timur

Modernisasi Armada Angkot Sebatas Impian Pemilik

"Dengan pendapatan yang pas-pasan hanya cukup untuk biaya operasional dan sedikit sisanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga," kata Ramelan, pemilik

WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Angkutan Kota (angkot) 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Modernisasi armada rupanya hanya akan menjadi impian dari para pemilik atau pengusaha angkutan kota (Angkot) Kota Surabaya.

Meskipun armada angkutan kota sudah uzur tapi dipastikan akan tetap digunakan melayani penumpang.

Ini tidak lain karena tidak ada biaya melakukan perbaikan ataupun meremajakan angkot yang dimilikinya akibat minimnya pendapatan yang diterimanya.

"Dengan pendapatan yang pas-pasan hanya cukup untuk biaya operasional dan sedikit sisanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga," kata Ramelan, pemilik angkot Lyne J (Joyoboyo-Banyu urip-Kalianan), kemarin.

Untuk itu, ungkap Ramelan, agar armada angkotnya tetap bisa jalan dan bertahan dengan kondisi seadanya pihaknya hanya bisa melakukan perawatan mesin saja.

Dengan demikian walaupun armada angkot wujud fisiknya sudah tidak mengkilap tapi mesin masih bagus maka akan terus digunakan melayani penumpang.

Apalagi penumpang yang umumnya dari kalangan orang tua dan anak-anak itu tidak terlalu repot memilih angkutan mana yang ingin dinaikinya. Karena mereka hanya ingin cepat sampai di tempat tujuan dengan naik angkot.

"Maka dari itu, meski armada sudah dibilang tua tapi jika mesin masih bagus untuk jalan ya tetap operasi layani penumpang. Penumpangpun sadar kalau yang namanya angkot ya seperti itu kondisinya, jika ingin armada bagus ya naik taksi," ucap Ramelan.

Memang, diakui Ramelan, keinginan untuk bisa memperbaiki atau meremajakan armada angkot miliknya cukup besar.

Hal itu terdorong untuk bisa memberikan kenyamanan pada penumpangnya. Disamping itu, jika kondisi angkot lebih baik maka masyarakat akan memilih jasa angkot untuk bepergian kemana-mana.

Namun keinginan dan harapan seperti itu sangat sulit diwujudkan sekarang ini dengan kondisi pendapatan yang minim.

Apalagi untuk mengecat ulang armada angkot termurah saat ini mencapai Rp 5 juta. Itu pun belum perbaikan aksesoris lainya didalam mobil angkot. Maka, untuk bisa memperbaiki mobil angkot menjadi lebih baik layaknya mobil baru bisa habis Rp 15 juta lebih.

"Coba, dengan penghasilan pas-pasan dari mengangkut penumpang hingga 4 kali bolak-balik untuk mendapatkan uang Rp 200 ribu susah sekali, bagaimana kami bisa membiayai perbaikan semahal itu," tandas Ramelan.

Oleh karena itu, dikatakan Ramelan, jalan satu-satunya untuk tetap bertahan dan bisa tetap mendapatkan penumpang dengan armada angkot uzur hanya dengan keramahan dan sopan pada penumpang.

Dengan demikian meski armada angkot tua tapi jika penumpang dilayani dengan ramah dan sopan pasti akan terpuaskan.

"Rasanya hanya dengan jurus ramah dan sopan pada penumpang sebagai siasat agar tetap bertahan tanpa harus melakukan perbaikan dan peremajaan armada angkot saat ini," ujar Ramelan.

Hal sama disampaikan pemilik angkot JM (Joyoboyo-Menganti), Hariyanto. Menurutnya keinginan untuk bisa meremajakan armada angkot selalu ada dibenaknya. Namun untuk bisa mewujudkan keinginan tersebut cukup berat sekarang ini dengan kondisi penumpang sepi.

Dimana pada tahun 2003 lalu ketika membeli dan memiliki angkot harapanya untuk bisa mendapat penghasilan berlebih telah pupus sekarang ini.

Karena pendapatan dari angkot untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga seringkali tidak mencukupi, apalagi untuk bisa memperbaiki dan meremajakan angkot miliknya.

"Makanya, yang bisa kami lakukan yakni tetap menjaga kondisi angkot mengkilap walaupun dimakan usia dan mesin tetap lancar itu sudah cukup," kata Hariyanto.

Oleh karena itu, dikatakan Hariyanto, umumnya para pemilik angkot di kota Surabaya sekarang ini hanya bisa pasrah pada rezeki yang diberikan oleh Tuhan. Apabila nasib lagi baik maka pendapatan dari mengangkut penumpang bisa berlebih sedikit. Tapi kalau nasib lagi jelek maka pendapatan dari mengangkut penumpang tidak mencukupi untuk menutup biaya operasional sehari.

Memang, diakui Hariyanto, sekarang ini para pemilik angkot dalam upaya memelihara armadanya tetap dalam kondisi baik tidak terlalu memforsir mesin. Artinya, dalam berjalan tidak terlalu terburu-buru namun berjalan standar.

Hal itu dilakukan untuk menjaga mesin dan supaya tidak terlalu boros BBM. Dengan demikian biaya perawatan yang dikeluarkan tidak terlalu besar.

Terlebih dengan mesin angkot yang sudah tua maka pemilik angkot selalu hati-hati memilih aman.

"Jika tidak begitu justru kami yang akan repot, mesin rusak dan tidak bisa jalan sehingga pendapatanpun nihil," ucap Hariyanto.

Lain halnya dengan pemilik angkot jurusan Joyoboyo-Rungkut, Solekan. Meski armada angkot miliknya sudah terbilang tua keluaran tahun 2000 tetapi tetap berusaha dibuat menatik.

Selain memasang stiker juga aksesoris angkot selalu diperbaiki dan sedikit dimodifikasi.

Dengan demikian armada angkotnya terbilang cukup menarik sehingga penumpang tertarik naik.

"Ya kami terpaksa cari pinjaman untuk bisa memperbaiki angkot itu. Karena jika mengandalkan pendapatan dari melayani penumpang cukup berat," kata Solekan.

Meski demikian, tambah Solekan, pihaknya berharap agar Pemerintah memperhatikan nasib dari pemilik sekaligus sopir angkot. Terutama soal harga BBM untuk tidak lagi ada kenaikan.

Kalaupun harga BBM naik setidaknya ada bantuan bagi pemilik ataupun sopir angkot sehingga tetap dapat melayani masyarakat.

"Apabila Pemerintah tidak memperhatikan pemilik angkot setiap mengeluarkan kebijakan maka lambat laun angkot akan habis," tutur Solekan.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved