Rabu, 1 Oktober 2025

Farhan Hamid Titip 'Didong Senayan' kepada Anggota MPR Baru

Wakil Ketua MPR RI Ahmad Farhan Hamid menitipkan program pertunjukan kesenian Gayo

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-inlihat foto Farhan Hamid Titip 'Didong Senayan' kepada Anggota MPR Baru
BANGKA POS/Resha Juhari
Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Farhan Hamid

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Ahmad Farhan Hamid menitipkan program pertunjukan kesenian Gayo “Didong Jalu Semalam Suntuk dan Pameran Kopi Arabika Gayo” dalam rangka sosialisasi Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, kepada anggota MPR RI periode 2014-2019.

“Program ini sangat bagus dan penting, karena itu harus dilanjutkan. Meski saya tidak lagi di Senayan, program ini saya titipkan kepada anggota MPR yang baru,” kata Farhan Hamid saat membuka pertunjukan kesenian Gayo didong semalam suntuk di Plaza Nusantara V Gedung MPR/DPR/DPD RI, Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Sabtu (6/9) malam.

Disaksikan penonton yang memadati plaza Nusantara V, pertunjukan ditandai dengan didong bersama Farhan Hamid dan sejumlah tokoh masyarakat Gayo. Duduk bersila di atas panggung berkarpet merah, Farhan Hamid ikut memainkan bantal didong.

Pertunjukan didong tersebut menghadirkan dua grup didong Biak Cacak Mude dari Aceh Tengah dan Arita Mude dari Bener Meriah. Kedua grup “bertarung puisi” sampai pagi yang diamati secara khusus oleh dua pengamat, Yooyok Harness, musisi yang belajar di Indsia, dan Mursyid Sabdin, seniman Gayo.

Mengiringi pertunjukan didong tersebut, digelar pameran kopi Gayo dan batu giok Aceh serta diskusi tentang kopi dan giok dengan pembicara Bupati Bener Meriah Ruslan Abdul Gani, usahawan kopi Gayo Jemalin, usahawan giok Iswadi Azwir, dan ahli mineral geologi Ir Sujatmiko.

Farhan Hamid menyebutkan, didong memiliki fungsi penting dalam melakukan perubahan masyarakat. “Karena itu MPR ingin melakukan sosialisasi pilar-pilar kebangsaan melalui kesenian seperti ini, karena akan langsung sampai kepada masyarakat,” katanya.

Didong Jalu Semalam Suntuk adalah bentuk sastra tutur Gayo yang bertumpu kepada puisi yang didendangkan oleh masing-masing. Grup Biak Cacak dimotori oleh “ceh” M Daud Kala Empan, Selamat, Marup, M Daut, Sahidin, Lahat. Sementara Arita Mude diperkuat oleh Gumara, Irwansyah, Sahru Raksa, Mukti, Anjarnawi, Amiruddin, dan Sahirman.

Dalam pertunjukan tersebut, selain mengupas tentang Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, kedua grup juga memperlihatkan berbagai atraksi pertunjukan. Biak Cacak mngawali penampilannya dengan tiupan seruling bambu oleh M Daud Kala Empan, dan mengundang penyanyi perempuan Gayo Hidayah untuk berdidong bersama. Sedangkan Arita Mude membentangkan bendera merah putih dan menyerahkannya kepada Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamid.

Pertunjukan tersebut selain menggunakan bahasa Gayo juga diselingi dengan bahasa Indonesia, sehingga jalannya pertunjukan bisa juga dimengerti oleh masyarakat non Gayo.

“Soal bahasa bukan masalah. Kami bahkan sekarang sedang mempersiapkan didong dalam bahasa Inggris. Dan saya pernah berdidong dalam bahasa Arab ketika di Maroko,” kata Irwansyah, pentolan grup Arita Mude.

Pendiri grup Biak Cacak, Almarhum Abdussalam, juga pernah berdidong dalam bahasa Aceh, bahasa Jawa, dan bahasa Indonesia.

“Kalau hanya bahasa Gayo, maka yang paham Cuma orang Gayo, tapi kita juga ingin didong ini dikenal luas oleh masyarakat internasional,” kata Irwansyah.

Pengamat didong malam itu, Yoyok Harnes merasa kagum dengan pertunjukan didong yang baru pertama kali ia saksikan.

“Tidak banyak kesenian seperti ini. Saya kira yang mirip-mirip didong ada di Afrika,” katanya.

Ia mengatakan didong sangat kaya melodi dan puisi. Semuanya dilakukan dengan gembira sampai pagi. “kedua grup memiliki kekuatan sendiri-sendiri,” katanya saat menyampaikan hasil amatannya di akhir pertunjukan.(fik)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved