Sabtu, 4 Oktober 2025

Kelangkaan Elpiji Tiga Kilogram Kembali Terjadi di Cianjur

Kelangkaan elpiji tiga kilogram kembali terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Cianjur.

Editor: Budi Prasetyo
Tribun Jogja/Agung Ismiyanto
Staf bagian gudang agen gas elpiji 3 kg PT Mulia Karya Sejahtera, Bumirejo, Mungkid, sedang menata ratusan tabung gas elpiji 3 kg, beberapa waktu lalu. Gas elpiji ukuran 3 kilogram (kg) semakin sulit didapatkan di wilayah Kabupaten Magelang. Selain sulit didapatkan dan langka, sejumlah agen gas 3 kg juga telah menaikkan harga Rp 1000 kepada sejumlah pangkalan di Kabupaten Magelang. 

 
TRIBUNNEWS.COM.CIANJUR,  - Kelangkaan elpiji tiga kilogram kembali terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Cianjur.

Sandi Setiawan (27), pengecer elpiji di  RT 4/1 Kampung Sukahati, Desa Sukajembar, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, mengaku harus mencari elpiji bersubsidi itu sampai ke Kecamatan Cianjur yang waktu tempuhnya dari tempat ia tinggal mencapai lebih dari tiga jam demi kebutuhan warga di desanya.

"Di sana, dapatnya juga tidak banyak, paling cuma sekitar 20 tabung," kata Sandi ketika ditemui di kantor DPC Hiswana Migas Kabupaten Cianjur, Jalan Lingkar Timur, Selasa (19/8/2014).
Sandi mengatakan, kondisi ini sudah terjadi sejak dua pekan lalu. Ia mengaku bingung, karena hanya dialah satu-satunya pengecer elpiji di Desa Sukajembar.

Dulu, kata Sandi, ia selalu mengambil pasokan dari Sukabumi karena jaraknya lebih dekat ketimbang ke pusat kota Cianjur. "Tapi sekarang, membeli elpiji dari luar kabupaten tidak diperbolehkan. Sekarang kami membelinya di pangkalan yang ada di kecamatan. Tapi, di sana kadang lancar kadang susah. Tidak tentu pasokannya," kata Sandi.

Sandi menyebut, kebutuhan dan pemakaian elpiji di Desa Sukajembar meningkat setiap tahunnya karena warga terus beralih dari kayu bakar ke elpiji tiga kilogram untuk kebutuhan memasak. Selain itu, minyak tanah yang biasa digunakan untuk membakar kayu bakar mulai sulit ditemukan.

"Kalau dulu ketika orang tua saya berjualan elpiji sewaktu konversi minyak ke elpiji, 20 tabung saja bisa awet sebulan. Kalau sekarang dalam sehari bisa habis 50-100 tabung. Biasanya saya mengambil sampai 200 tabung setiap hari karena rugi kalau cuma memasok puluhan saja. Modalnya habis di ongkos transportasi," kata Sandi.

Sulitnya mendapatkan elpiji tiga kilogram tak hanya terjadi di Kecamatan Sukanagara. Di Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, elpiji bersubsini ini juga sulit didapat.

"Semuanya kosong, saya juga cari ke Cianjur kota, tapi di sana juga sama. Saya baru dapat hari ini (kemarin. Red) di warung dekat rumah saya. Itupun saya sudah pesan selama tiga hari. Harganya pun tidak seperti biasanya, naik menjadi Rp 20 ribu per tabung," kata Mustofa (42), warga RT 2/3 Kampung Kedung Hilir, Desa Sukamanah.

Selama tidak ada elpiji, Mustofa mengaku terpaksa tak memasak. Untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya, ia terpaksa membeli makanan jadi di warung makan. Akibatnya, pengeluaran sehari-hari membengkak 50 persen.

"Yang tadinya bisa menghemat dengan memasak di rumah, sekarang setiap hari pengeluaran bisa mencapai Rp 100 ribu untuk makan dua anak saya dan istri saya. Mudah-mudahan saja ini tidak berlangsung lama, bisa kembali normal seperti mula," katanya. (cis)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved