Ratusan Warga Bawa Anak Panah Beracun Tolak Pelantikan Bupati SBD
Parang dan anak panah tidak saja diselip pada pinggang, namun ada yang disembunyikan di dalam mobil, termasuk di balik tempat duduk sopir.
"Jangan terlalu rakus dengan jabatan. Ada waktunya. Jangan karena rakus jabatan kita menghalalkan semua cara. Kalau MDT lahir dari hasil keinginan rakyat, silakan lantik. Kami hormat. Tapi karena dia bupati penggelembungan, maka kami tidak menginginkan sampai selama-lamanya," kata John Papo.
Ketua DPRD SBD, Yosep Malo Lende mengatakan aspirasi yang disampaikan Laskar Pasola telah disikapi DPRD SBD.
"Pelantikan yang didengung-dengungkan hari ini tidak ada. Gubernur NTT menunda tanpa ada batas waktu. Hari ini Gubernur NTT mengirim tim Forkopimda NTT untuk berkomunikasi dengan kita," kata Malo Lende yang disambut dengan teriakan pendemo.
Politisi PDIP ini mengimbau Laskar Pasola menjaga keamanan dan ketertiban. Tidak boleh berbuat sesuka hati karena hal itu dapat merugikan diri sendiri.
"Kami mengimbau, jangan terjebak. Jangan mau melakukan anarkis. Laskar Pasola pulang ke rumah. Pulang dengan teratur. Tolong menghargai proses yang telah berjalan," ujarnya mengimbau.
Setelah ketua DPRD selesai bicara, sekelompok warga yang berdiri di kantor dinas PU hendak bergerak mendekat massa Laskar Pasola. Melihat hal itu, polisi bergerak cepat. Anggota pasukan gerak cepat langsung menghalau dan menggeser sekelompok warga tersebut pun mundur.
Massa Laskar Pasola nyaris terpancing. Namun mampu ditenangkan koordinator, aparat keamanan dan ketua DPRD. Setelah tenang, massa Laskar Pasola menaiki truk dan meninggalkan gedung DPRD sekitar pukul 12.30 Wita. Mereka dikawal aparat keamanan.
Kapolres Sumba Barat, AKBP M Ischaq mengatakan, situasi aman. "Situasi aman terkendali. Tidak ada pergerakan masa dari Wewewa Barat karena kami sudah imbau melarang ada mobilisasi massa," ujarnya sembari menambahkan bahwa ada BKO pasukan dari Polda NTT dan Polres Sumba Timur.