Ratusan Warga Bawa Anak Panah Beracun Tolak Pelantikan Bupati SBD
Parang dan anak panah tidak saja diselip pada pinggang, namun ada yang disembunyikan di dalam mobil, termasuk di balik tempat duduk sopir.
Laporan Wartawan Pos Kupang, Alfons Nedabang
TRIBUNNEWS.COM, TAMBOLAKA - Sekitar 700 warga yang tergabung dalam forum Laskar Pasola Pro Kebenaran dan Keadilan kembali mendatangi gedung DPRD Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Rabu (6/8/2014) siang, untuk menghadang pelantikan Bupati-Wakil Bupati SBD, Markus Dairo Talu, SH-Drs Ndara Tanggu Kaha (MDT-DT).
Mujur saja pelantikan dibatalkan karena Gubernur NTT tidak hadir, meski undangan sudah disebarkan dan ada para undangan yang hadir.
Mereka konsisten dengan tuntutan yang sudah disampaikan Laskar Pasola pada aksi-aksi sebelumnya, yaitu menolak pelantikan Markus Dairo Talu, SH-Drs Ndara Tanggu Kaha (MDT-DT) sebagai Bupati-Wakil Bupati SBD.
Massa yang umumnya adalah mayoritas warga Kodi itu tiba sekitar pukul 11.40 Wita, dengan menumpang 13 truk dan beberapa mobil pick up serta sejumlah kendaraan roda dua.
Massa bergerak dari Kodi sekitar pukul 07.00 wita. Aparat keamanan menghalau mereka di Desa Kelembu Kaha. Namun massa tetap ngotot bergerak menuju ke gedung DPRD.
Tiba di Jalur 30 menuju kantor bupati dan gedung DPRD, massa Laskar Pasola dihalau lagi oleh polisi, anggota TNI dan Brimob. Kesempatan itu dipakai aparat keamanan untuk melakukan razia senjata tajam dan bahan peledak.
Aparat mengamankan ratusan parang, anak panah dan batu-batu. Parang dan anak panah tidak saja diselip pada pinggang, namun ada yang disembunyikan di dalam mobil, termasuk di balik tempat duduk sopir serta bagian bawah mobil.
Setelah razia, massa Laskar Pasola bergerak ke gedung DPRD SBD. Di DPRD, mereka diterima Ketua DPRD SBD, Yosep Malo Lende, bersama sejumlah anggota Dewan, di antaranya David Ramone, Agustinus Mali, Marthen Manu Mara dan Haji Sulaiman Tari Wungo.
Aksi Laskar Pasola ini juga disaksikan anggota dewan yang datang dengan stelan jas, seperti Jusuf Mallo dan Ngongo Bulu dari lantai dua gedung DPRD serta sejumlah undangan yang akan mengikuti acara pelantikan.
Koordinator Laskar Pasola, Lukas Loghe Kaka, mengatakan, suka duka yang dirasakan masyarakat seharusnya dipahami anggota Dewan. Rakyat berhak memilih pemimpinnya.
"Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Rakyat yang menentukan siapa pemimpinnya," teriaknya.
Dia menyampaikan permohomam maaf karena datang terus. "Maafkan kami karena datang berturut-turut. Kami tidak lelah mencari kebenaran dan keadilan. DPRD harus bertanggung jawab," katanya.
"Kami menolak pelantikan MDT-DT karena merupakan hasil kecurangan. Yang dilantik harus Konco (dr. Kornelius Kodi Mete-Drs. Daud Lende Umbu Moto). Selalu menggunakan cara yang kurang berkenan kepada masyarakat. Tidak ada pelantikan-pelantikan yang lain. Kasihan rakyat. Sudah banyak yang mati. Sudah banyak yang masuk penjara. Kasihan rakyat yang jadi korban," tegas Loghe Kaka.
John Papo mengingatkan anggota Dewan jangan diintervensi oleh siapa pun.
"Jangan terlalu rakus dengan jabatan. Ada waktunya. Jangan karena rakus jabatan kita menghalalkan semua cara. Kalau MDT lahir dari hasil keinginan rakyat, silakan lantik. Kami hormat. Tapi karena dia bupati penggelembungan, maka kami tidak menginginkan sampai selama-lamanya," kata John Papo.
Ketua DPRD SBD, Yosep Malo Lende mengatakan aspirasi yang disampaikan Laskar Pasola telah disikapi DPRD SBD.
"Pelantikan yang didengung-dengungkan hari ini tidak ada. Gubernur NTT menunda tanpa ada batas waktu. Hari ini Gubernur NTT mengirim tim Forkopimda NTT untuk berkomunikasi dengan kita," kata Malo Lende yang disambut dengan teriakan pendemo.
Politisi PDIP ini mengimbau Laskar Pasola menjaga keamanan dan ketertiban. Tidak boleh berbuat sesuka hati karena hal itu dapat merugikan diri sendiri.
"Kami mengimbau, jangan terjebak. Jangan mau melakukan anarkis. Laskar Pasola pulang ke rumah. Pulang dengan teratur. Tolong menghargai proses yang telah berjalan," ujarnya mengimbau.
Setelah ketua DPRD selesai bicara, sekelompok warga yang berdiri di kantor dinas PU hendak bergerak mendekat massa Laskar Pasola. Melihat hal itu, polisi bergerak cepat. Anggota pasukan gerak cepat langsung menghalau dan menggeser sekelompok warga tersebut pun mundur.
Massa Laskar Pasola nyaris terpancing. Namun mampu ditenangkan koordinator, aparat keamanan dan ketua DPRD. Setelah tenang, massa Laskar Pasola menaiki truk dan meninggalkan gedung DPRD sekitar pukul 12.30 Wita. Mereka dikawal aparat keamanan.
Kapolres Sumba Barat, AKBP M Ischaq mengatakan, situasi aman. "Situasi aman terkendali. Tidak ada pergerakan masa dari Wewewa Barat karena kami sudah imbau melarang ada mobilisasi massa," ujarnya sembari menambahkan bahwa ada BKO pasukan dari Polda NTT dan Polres Sumba Timur.