Ramadan 2014
Pengusaha Songkok Asal Pasuruan Raup Omset Puluhan Juta
"Ya seperti ini kondisinya kalau bulan Ramadan, hampir tidak ada istirahatnya. Paling istirahat kalau pas buka puasa sama sahur saja," kata
Dikatakan Ahmad, pada saat awal-awal semua pekerjaan ia lakukan sendiri dan dibantu istrinya Nur Safaan (32).
Mulai dari belanja kain, produksi, hingga pemasaran, semua ia kerjakan sendiri karena belum memiliki karyawan.
Setelah beberapa tahun, akhirnya songkok yang ia beri merk Al- Falah itu sudah mulai dikenal di sejumal toko di berbagai daerah. Pesanan songkok pun terus meningkay, hingga akhirnya ia merekrut karyawan untuk membantunya.
Kini, dirinya telah mempekerjakan lebih dari 30 karyawan yang kebanyakan merupakan warga yang tinggal di sekitar rumahnya.
Akhmad mengatakan, kopiahnya banyak disukai karena terasa nyaman dan pas saat dipakai. Dia mengaku mempunyai trik tersendiri, agar songkok buatannya nyaman pada saat dipakai.
"Kalau dipakai pasti nyaman. Kan ada biasanya kopiah kalau dipakai naik sepeda motor terlepas. Kalau kopiah saya tidak,biar naik sepeda motor juga nggak bakalan jatuh," terangnya.
Pria lulusan sekolah dasar ini mengatakan, agar pasar tidak bosan, dia selalu memperbarui model-model bordiran pada songkok produksinya. Sudah ada sekitar 20 motif yang ia buat.
Setiap motif ia beri nama unik, agar lebih menarik para pembeli.
Beberapa nama tersebut yaitu, songkok jenis Al-Haromin, Sahara, Malaysia, NTB, Dapak, Madina, Jefry, Bangladesh, Haromin, Mekah Al-Mukarumoah, dan masih banyak lagi. Setiap daerah, kata Akhmad memiliki selera pasar yang berbeda-beda.
Untuk seri Madina. Shara dan Al-Haromin, biasanya banyak laku di Pasuruan.
Sementara di Palembang dan Makasar, jenis songkok Al-Haromin Pita yang paling disukai.
Sementara di Jakarta songkok Malaysia dan Jefry yang paling banyak dicari.
Dari semua daerah di Indonesia, Surabaya dan Jakarta merupakan daerah yang banyak mengambil songkok hasil produksinya.
"Seminggu sekali, bisa ngambil 300 kodi," ucapnya.
Untuk soal harga, songkokmiliknya ia jual dengan harga bervariasi, mulai Rp 3000 hingga Rp 40.000 per bijinya.
Harga tersebut untuk tengkulak, biasanya di toko songkok miliknya, dijual Rp 10.000 hingga Rp 80.000.
Pada hari-hari normal, biasnaya ia mampu memproduksi 75 kodi dalam seminggu. Namun, khsuus bulan-bulan tertentu, seperti bulan Ramadan ia memproduksihingga 150 kodi per minggu.