Krisis BBM di Kotamobagu Harga Premium Eceran Capai Rp 30 Ribu per Liter
Krisis bahan bakar minyak, khususnya bensin melanda Kota Kotamobagu. Di eceran, bensin per liter tembus Rp 30 ribu.
Di sisi lain, Jun juga mengaku bersyukur karena bensin saat ini sudah mulai bisa didapat kendati harus mengantre cukup lama.
Dia mengharapkan, pihak yang berwenang atau SPBU mencontohkan pembatasan jatah pembelian seperti di SPBU Pontoodon. Di SPBU tersebut, pembeli tak boleh lebih darilimaliter.
Terpisah, seorang pedagang bensin eceran mengatakan, kelangkaan BBM mulai terasa sejak pekan lalu namun tidak saparah beberapa hari terakhir ini.
"Kelangkaan yang parah mulai terasa pada Rabu. Puncaknya pada Jumat kemarin. Sekarang sudah berangsur ada walaupun masih terbatas," ujar perempuan yang mengaku bernama Mama Vira.
Akibat Perbaikan Jembatan
Kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Kotamobagu dan sekitarnya akibat tersendatnya pasokan dari Pertamina.
Tangki Pertamina tidak masuk karena adanya perbaikan jembatan di Minahasa Selatan.
Sales Representatif BBM Pertamina Area Manado, Arief Rachman, Sabtu (24/5/2014) menjelaskan, kelangkaan memang terjadi karena jalan alternatif pendistribusian tersendat di jembatan Desa Matani, Kecamatan Tumpaan, Kabupaten Minahasa Selatan yang sedang dibongkar dan diperbaiki.
"Akibat pembongkaran dan perbaikan jalan tersebut, sehingga suplai BBM terhambat," tutur Arief.
Arief menjamin suplai BBM akan normal apabila kondisi jalan juga sudah normal.
Sementara itu, untuk menjaga kelancaran antrean di SPBU, Polres Bolaang Mongondow mengerahkan personel untuk memantau stasiun pengisian bahan bakar tersebut.
"Pantauan itu juga untuk mencegah terjadinya pembelian BBM menggunakan jeriken," ujar Kapolres Bolmong AKBP Hisar Siallagan, kemarin.
Kelangkaan bahan bakar minyak di Kotamobagu sudah terjadi beberapa pekan terakhir ini. Namun, beberapa hari terakhir ini semakin parah. Antrean kendaraan di SPBU-SPBU hingga lebih dari satu kilometer.
Warga harus mengantre berjam-jam untuk mendapatkan BBM. Bahkan, ada yang sudahlimajam mengantre harus gigit jari.
"Jumat kemarin, saya sudah mengantre sepulang Salat Jumat, sampai sore belum dapat juga. Ternyata habis," ujar David, warga Tumobui.