Flotim Berduka, Tujuh Peziarah Tewas Tenggelam
Dalam kecelakaan kapal naas itu, 88 orang dapat dievakuasi, namun tujuh orang lainnya meninggal dunia dan 81 orang selamat
TRIBUNNEWS.COM, LARANTUKA -- Kapal Nelayan Bakti No. 74 asal Lewolere, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur ( NTT), milik Gaspar Kleden yang memuat 100 lebih peziarah, umumnya anak-anak, tenggelam di Perairan Pantai Palo, Kota Rowido, Sarotari Tengah, Kecamatan Larantuka, Jumat (18/4/2014), saat prosesi Samana Santa sekitar pukul 11.30 Wita. Prosesi itu dimulai dari Pantai Rowido menuju Pantai Kuce, Kelurahan Lohayong.
Dalam kecelakaan kapal naas itu, 88 orang dapat dievakuasi, namun tujuh orang lainnya meninggal dunia dan 81 orang selamat.
Kapolres Flotim, AKBP Dewa Putu Gede Artha, bersama petugas Dinas Perhubungan Flotim menyisir korban yang belum ditemukan. Korban yang ditemukan meninggal, yakni Suster Epifani, CIJ yang juga Kepala Sekolah Stipas Waibalun; Adelius Tua Doken (7) warga Lembata; Dede Badin (9) warga Lewolere; Maria Nogo Werang (36) warga Lewolere; Marlina Wangge (32) warga Lembata; Andreas T Kleden (2), Rudi Tukan (25) warga Lewolere dan satu korban belum diidentifikasi.
Korban yang ditemukan sudah meninggal tujuh orang dan 30-an dalam perawatan para medis di RSUD Larantuka. Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui berapa jumlah korban berapa serta nama-nama penumpang yang mengikuti rombongan.
Saat kapal tenggelam, prosesi baru mulai berjalan. Sehingga Kapal Ina Maria milik Keuskupan Larantuka itu langsung membuang semua pelampung yang ada dalam kapal sehingga dapat menolong puluhan korban. Korban langsung dievakuasi melalui Kapal Ina Maria dan dibawa ke RSUD Larantuka.
Salah seorang korban hidup, Ersi Krowin mengakui, kapal yang ditumpanginya bersama keluarga itu langsung dari Lewolere menuju pantai Rowido. Saat masuk ke pantai Rowido, kapal belok masuk ke tempat berkumpulnya kapal yang siap mengikuti prosesi tapi arus terlalu kuat sehingga kapal miring. Tapi ada yang anggap biasa saja saat kapal miring, semuanya lari ke satu tempat membuat kapal terbalik.
"Saat kapal terbalik saya tidak tahu lagi. Masing-masing menyelamatkan diri. Semua keluarga ikut dan yang meninggal saudari bapak saya, Suster Epifani," kata Ersi yang badannya berbau minyak tanah tumpahan dari mesin kapal.
Kapolres Flotim, AKBP Dewa Putu Gede Artha, yang dihubungi ketika masih di laut mengatakan, jumlah penumpang secara keseluruhan belum diketahui. Namun, semua keluarga di Lewolere dan sekitarnya diminta mengumpulkan keluarganya untuk dibawa pulang ke rumah agar bisa diketahui berapa banyak korban yangbelum ditemukan. "Jumlah penumpang belum kita pastikan. Kita sedang melakukan penyisiran," terangnya.
Menurutnya, kebanyakan korban meninggal karena terjebak dalam kapal. "Kaptennya hidup namun belum bisa kita minta informasi karena kondisinya belum stabil," terangnya.
Sementara jumlah secara keseluruhan korban yang sudah ditemukan kata Artha, sebanyak 88 orang, tujuh di antaranya meninggal. "53 orang saat ini diopname, 28 orang sudah kembali ke rumah," terangnya.
Mengenai informasi masih ada yang belum ditemukan termasuk suster, Artha mengaku masih dalam penyisiran. Namun untuk suster, menurut Artha, ada dua orang. Satu di antaranya meninggal dan satu dirawat di RSUD.
Wakil Bupati Flotim, Valen Sama Tukan, mengatakan, ke depan ada perbaikan pelaksanaan prosesi sehingga para peziarah merasa lebih aman dan nyaman. "Kita benahi agar prosesi iman ini berjalan lebih khidmat," katanya. (Sarifah Sifa)