Pemilu 2014
Pemilih Pemula Lebih Memilih Fokus Pada Ujian Nasional
pemilih pemula yang rata-rata masih duduk di bangku SMA

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Pada pemilihan anggota legislatif (pileg) yang digelar 9 April ini, pemilih pemula yang rata-rata masih duduk di bangku SMA atau mahasiswa menjadi incaran untuk mendulang suara. Bahkan banyak caleg yang berlomba-lomba mendekati mereka.
Ini seperti dirasakan Jefry Galih, siswa SMKN 3 Surabaya yang pernah diundang dan diajak kampanye sejumlah caleg. Sebagai pemilih pemula ia mengaku sudah memiliki caleg pilihan.
"Untuk DPRD maupun DPR RI saya sudah punya pilihan," kata remaja 17 tahun ini blak-blakan kepada Surya Online (TRIBUNnews.com Network), Senin (31/3/2014).
Menurut Galih, partai politik bukan pilihan utama, tetapi yang lebih penting adalah sosok calegnya. Dan, untuk mengenal sosok caleg ini dia sering bergaul dengan para tim suksesnya.
Bagi Galih, kampanye lewat foto yang dipajang di baliho dan spanduk besar tidak menjamin bisa menggaet hati pemilih. Meski gambarnya bertebaran dimana-mana, kalau sosoknya tidak merakyat tidak akan bisa menggaet massa.
"Yang penting pendekatan langsung ke pemilihnya," tukasnya.
Lain Galih, lain pula Putra Panji, siswa SMKN 1 Driyorejo. Selama ini Panji tidak pernah mengikuti kampanye atau silaturahim langsung dengan salah satu caleg.
Dia hanya melihat gambar-gambar caleg dari baliho-baliho besar yang sering dilihatnya di sepanjang jalan menuju sekolah. "Sampai sekarang saya belum bisa menentukan pilihan caleg yang cocok," katanya.
Sosok-sosok caleg hanya dilihatnya di layar televisi. Dari situ, sedikit banyak sudah bisa menjadi referensinya. "Karena masih banyak, saya belum bisa menentukan sekarang. Ya, mungkin nanti kalau pas di tempat pemungutan suara, wajah siapa yang ingat, itu yang akan saya coblos," kata remaja 17 tahun ini.
Sementara itu, Imam Sachroni, memilih fokus belajar untuk ujian nasional (unas) dibandingkan mengikuti perkembangan pemilu. Siswa SMK Kartika II Surabaya ini bahkan tidak tahu caleg-caleg mana yang bisa dipilih.
"Memang di jalan-jalan banyak baliho caleg, tapi gak ada satupun yang saya kenal," akunya.
Dalam obrolannya bersama teman-teman sebaya, urusan pemilu dan caleg pun tak pernah disinggung. Apalagi sampai ada niat untuk datang ke arena kampanye. "Saya kan sekolah, gak mungkin saya ikut-ikutan itu," katanya.
Hingga kemarin, Imam belum bisa memutuskan apakah akan menggunakan hak suaranya atau tidak.
"Gak tahulah nanti. Yang penting sekarang fokus unas dulu," pungkasnya.
Sedangkan Frizka Vientanti (20), mahasiswa Fakultas Teknologi Industri ITS memantapkan diri tidak ikut merayakan pesta demokrasi itu. Gadis asal Banyuwangi tersebut kekeh tidak pulang kampung sebab hari pemilihan legeslatif dekat dengan ujian tengah semester (UTS).
“Pertama, soalnya aku terdaftar di TPS Banyuwangi, tapi tinggalnya di Surabaya. kedua, karena belum ada pandangan tentang para calegnya,” terang Frizka yang lebih memilih berkonsentrasi belajar demi mendapatkan nilai yang bagus.