Minggu, 5 Oktober 2025

Harga Elpiji Naik

Petani Ini Gunakan Tahi Sapi Sebagai Pengganti Gas Elpiji

Gonjang-ganjing kenaikan elpiji 12 kilogram serta dampak atas kenaikan itu, tidak berpengaruh bagi keluarga Mudjiono.

zoom-inlihat foto Petani Ini Gunakan Tahi Sapi Sebagai Pengganti Gas Elpiji
surya/sudarmawan
ENERGI BIOGAS - Mudjiono (59) warga Dusun Padas, Desa Kedondong, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun sibuk membersihkan kotaran sapinya untuk dimasukkan ke dalam tabung sumber energi biogas yang sudah dimanfaatkan sejak beberapa tahun terakhir, Senin (6/1/2014).

Laporan Wartawan Surya Sudarmawan

TRIBUNNEWS.COM, MADIUN - Gonjang-ganjing kenaikan elpiji 12 kilogram serta dampak atas kenaikan itu, tidak berpengaruh bagi keluarga pasangan suami istri Mudjiono (59) dan Sunarti (57), beserta 4 tetangganya.

Pasalnya, mereka selama ini tidak memasak menggunakan elpiji ukuran 12 kilogram atau elpiji ukuran 3 kilogram, yang mulai sulit dicari dipasaran sejak kenaikan harga elpiji 12 kilogram.

Mereka, selama ini memasak menggunakan biogas yang dihasilkan dari proses pengolahan kotoran sapi yang ada di kandang sapi di belakang rumah.

Meski biogas ini berasal dari kotoran sapi, hasil apinya sama-sama biru layaknya mengguanakan gas elpiji.

Sayangnya, upaya pengelolaan dan pengolahan yang dilakuakan Mudjiono ini tidak pernah mendapatkan perhatian serius dari pemerintah.

Dampaknya, selama hampir 3 tahun terakhir upaya alih teknologi itu tidak pernah berkembang, kecuali hanya dimanfaatkan untuk keluarga dan tetangganya sendiri.

Mudjiono menceritakan, keluarganya sudah menikmati gas dari kotoran sapi itu sejak 2,5 tahun lalu atau sejak pertengahan 2011 silam.

Karenanya, meski pemerintah menaikkan harga elpiji maupun bahan bakar minyak (BBM), tidak begitu begitu berpengaruh.

"Memang awal pembuatannya dikarenakan saya kebingungan atas kenaikan BBM dan elpiji. Akhirnya, saya berinovasi, berkonsultasi dan belajar merealisasikan energi alternatif biogas itu," terangnya pria yang keinginan tahunya cukup besar ini kepada Surya, Senin (6/1/2014).

Usaha untuk menghemat pengeluaran rumah tangga itulah, yang mendorong petani ini menciptakan energi alternatif biogas dari kotoran hewan ternak itu.

Dibantu keempat tetangganya, ia membuat septic tank (lubang pembuangan kotoran hewan) di dalam tanah, dekat kandang sapi berukuran 5 meter, berkedalam 3 meter dengan bentuk menggentong.

"Hasilnya, limbah sapi yang diolah menjadi biogas itu bisa dimanfaatkan sekitar 4 anggota keluarga selama ini," ungkapnya.

Sedangkan teknisnya, Mudjino mengungkapkan prosesnya cukup muda yakni kotoran atau limbah sapi dihancurkan dicampur dengan air.

Setelah hancur, cairan tersebut dibuang ke septic tank yang sudah ditutup rapat lalu didiamkan sekitar 20 menit kotoran yang bercampur air berubah menjadi gas (biogas).

Untuk menyalurkan gas, di pinggiran septic tank di pasangi kabel gas dan siap untuk dibuat bahan bakar pengganti elpiji menuju dapur rumahnya dan para tetangganya.

"Hasil apinya sama dengan yang keluar di kompor gas karena sama-sama berwarna biru seperti elpiji. Saat dibuat memasak juga tidak ada bau kotoran sapi atau kerbau," tuturnya.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved