Tukang Servis Mesin Ketik, Riwayatmu Kini
Tak banyak orang yang berminat untuk membuka usaha reparasi dan servis mesin ketik kuno atau manual saat
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Singgih Wahyu Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Mesin ketik manual kini barangkali sudah semakin langka ditengah serbuan perangkat-perangkat digital yang modern sekarang ini. Namun begitu, mesin-mesin tersebut masih menjadi ladang rezeki bagi segelintir orang.
Tak banyak orang yang berminat untuk membuka usaha reparasi dan servis mesin ketik kuno atau manual saat ini. Wajar saja, sebab, perangkat-perangkat komputer yang serba digital memang sudah menggantikannya. Usaha servis dan reparasi pun jadi tak menjanjikan lagi.
Meski demikian, Harjono (49), tetap mantap berkarya dengan keahliannya memperbaiki mesin-mesin ketik manual. Lebih dari 20 tahun sudah Harjono berkutat dengan plat-plat besi pencetak huruf itu.
Warga Desa Cerme, Panjatan itu mulai memperbaiki mesin ketik sejak 1985. Awalnya, dia dulu sering membantu seorang gurunya di sebuah lembaga pelatihan kerja untuk memperbaiki mesin ketik.
Dari situ, lama-lama Harjono jadi paham dan bisa memperbaiki mesin sendiri. Kini, ia lebih banyak menerima panggilan servis dari kantor-kantor instansi pemerintahan di Kulonporogo, sekolahan dan perkantoran umum.
"Sebelum tahun 2000, saya bisa memperbaiki 4 sampai 5 mesin dalam sehari. Tapi sekarang, paling hanya dapat empat kali orderan dalam seminggu," kata ayah dua anak itu, belum lama ini.
Diakuinya, keadaan sekarang ini memang sangat berbeda. Mesin ketik dari era 60-an semacam merk Royal, Underwood, Elly Petty, dan Olimpia yang dulu sangat berjaya, kini seolah menghilang dalam lautan peradaban.
Suku cadang pun tak lagi bisa didapatkan Harjono dengan mudah. Tak ada jalan lain kecuali kanibalisme part-part dari mesin ketik yang tak terpakai lagi. setiap menemukan mesin yang tak bisa tertolong lagi, Harjono langsung memilah bagian-bagian yang masih bisa digunakan.
"Umumnya, kerusakan mesin sekarang ini di bagian tangkai huruf dan gigi rol pita tinta, baik retak atau patah. Karena tidak diproduksi lagi, jadi saya preteli mesin-mesin yang sudah rusak untuk diambil bagian yang masih bisa dipakai," katanya.