Pemilihan Wali Kota Makassar
SUKA Biasa-Biasa Saja
Ditetapkannya pasangan Supomo Guntur-Kadir Halid (SUKA) sebagai bakal pasangan calon yang akan diusung Partai Golkar pada pemilihan Wali Kota
TRIBUNNEWS.COM MAKASSAR,- Ditetapkannya pasangan Supomo Guntur-Kadir Halid (SUKA) sebagai bakal pasangan calon yang akan diusung Partai Golkar pada pemilihan Wali Kota (Pilwali) Makassar 18 September mendatang membuat pasangan Adil Patu dan Isradi Zainal mulai khawatir. Adil-Isradi tidaklah mengkhawatirkan sosok dan figur Supomo dan Kadir. Keduanya hanya mengkhawatirkan struktu Golkar sebagai partai pengusung.
Isradi Zainal menilai, sosok dan figur Suka tidaklah terlalu istimwea. Keduanya bahkan dinilainya biasa-biasa saja. Dia yakin akan mampu bersaing secara program dengan keduanya. Menutur Isradi, siapapun pasangan yang akan bertarung pada Pilwali Makassar merupakan sosok yang patut diwaspadai secara program bukan karena ketenaran dan popularitas yang dimilikinya.
hal tersebut juga dikatakan Isradi berlaku pada kandidat lainnya seperti pasangan Danny Pomanto dan Syamsu Risal (DIA) yang dikabarkan bakal diusung oleh Demokrat. Isradi menyatakan, baik SUKA maupun DIA menjadi kekuatan yang akan diperhitungkan bukan karena sosoke keduanya melainkan karena pemain belakang layar yang menopang keduanya dan disebut memiliki andil besar.
"Supomo-Kadir itu biasa-biasa saja begitu juga dnegan DIA. Mereka biasa saja kami kalahkan, karena yang jago dari mereka adalah struktur partainya. Kekuatannya ada di belakangnya, Pak Syahrul dibelakang SUKA. Pak Ilham dibelakang DIA. Supomo dan Kadir itu tidak kuat secara personal tapi kuat secara partai. Insya Allah kami akan melawannya dengan kekuatan partai juga," kata Isradi, Selasa (7/5).
Isradi bahkan menilai, kekuatan yang dimilikinya baik secara program maupun visi misi lebih kuat dari SUKA dan DIA. Menurutnya, dirinya dan Adil telah memiliki program serta visi misi yang jelas dan merupakan pasangan pertama yang diusung partai membuktikan bahwa dinamika partai berjalan mulus berbeda dengan pengusungan kedua pasangan tersebut yang dipenuhi dengan penolakan.
"Kalau kami kan pasangan diusung oleh arus bawah. Makanya kami cepat diusung oleh Gerindra dan Hanura. Berbeda dengan SUKA dan DIA, ada pergolatan dan penolakan. Itu menandakan rakyat apalagi sejumlah kader partai pengusungnya tidak menginginkan pasangan itu. Mereka kesannya hanya diinginkan oleh elit-elit partai dan orang-orang berkuasa. Masa dia terus mau berkuasa," ujar Isradi.
Seperti diketahui, sebelum SUKA direkomendasikan Golkar sejumlah kader partai beringin tak mengingkan paket ini. Mereka menginginkan paket Supomo-Farouk Mappaseling Beta atau Supomo-AM Yagkin Padjallangi. Hal serupa juga terjadi di Demokrat, DIA terang-terangan tidak mendapatkan restu dari Adi Rasyid Ali (Ketua DPC Demokrat Makassar) dan Andrie Arief Bulu yang juga ingin mengendarai partai Demokrat.
Isradi yang juga Ketua DPC Gerindra Bulukumba mengatakan, dirinya bersama Adil siap menjadi kuda hitam pada Pilwali Makassar. Dia menuturkan, sejauh ini dia telah melakukan penyeseuian program dengan melakukan blusukan ke lapisan masyarakat. Dia mengklaim, hal ini berbeda dengan apa yang digembar-gemborkan kandidat lain.
"Mereka kan terlalu lama tarik menarik siapa yang akan diusung. Kita sudah melakukan action dengan blusukan ke warga. Kasihan kan kalau pesta demokrasi kita itu dipaksakan oleh kaum elit. Seharusnya semua calon itu didukung oleh lapisan bawah, bukan mengarahkan persepsi mereka," pungkasnya. (yas)
__._,_.___