Ujian Nasional
10 Pelajar di Blitar Ikuti Ujian Nasional di Bekas Gudang Kayu
Apa boleh buat mas, adanya seperti ini, ya kita jalani dulu. Yang penting, anak-anak nggak sampai putus sekolah
Laporan Wartawan Surya,Imam Taufiq
TRIBUNNEWS.COM,BLITAR - Memprihatinkan. Itu kondisi yang dialami 10 pelajar SMP Islam Agroganik di Desa Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, tatkala mengikuti ujian nasional (UN), hari pertama Senin (22/4).
Mereka tak bisa melaksanakan UN di ruang kelas sekolahannya dan mereka melaksanakan Unas di bekas gudang kayu di rumah kaseknya, Ir Didi Herwianto, yang berjarak sekitar 5 km dari sekolahan itu.
Selama ini sekolahnya di Desa Pingal, Kecamatan Garum yang rusak melainkan lahan sekolahnya yang jadi satu dengan masjid dipersoalkan warga setempat.
Karena tak mau meladeni konflik itu, sejak setahun lalu, gedung sekolah itu ditinggalkan dan 76 siswanya, mulai pelajar SMP dan SMK diboyong ke rumah kaseknya, termasuk peralatan proses belajar mengajar, seperti papan tulis, meja dan kursi.
"Kami nggak mau berkonflik dan mengalah saja. Ini semua juga demi kelangsungan sekolah kami sendiri dan masa depan anak didik kami," kata Didi saat ikut mengawasi Unas.
Karena belum bisa membangun gedung sekolah, terpaksa 10 siswanya mengerjakan soal UN di bekas gudang kayu yang sudah dibersihkan.
Namun, anak-anak mengaku tak merasa terganggu karena memang tempatnya jauh dari keramaian sehingga bisa kosentrasi.
Meski demikian, Didi mengaku, sebagus-bagunya tempat itu, tak senyaman di ruang kelas.
"Apa boleh buat mas, adanya seperti ini, ya kita jalani dulu. Yang penting, anak-anak nggak sampai putus sekolah atau ujian," tuturnya.
Kendati Unas di sekolah itu hanya diikuti 10 siswa, namun tetap dijaga ketat. Yakni, ada tiga pengawas, di antaranya, satu guru, polisi dan petugas Lapas.
Mengapa ada petugas lapas, itu karena dari 10 siswa yang mengikuti Unas itu, tujuh di antaranya anak-anak napi yang tinggal di Lapas kelas II A Blitar. Mereka itu murid
sekolahnya.
"Siswa kami itu tak hanya anak-anak di sekitar sini melainkan juga ada anak lapas. Semuanya, nggak ada yang dipungut biaya. Bahkan, tadi pagi sebelum ujian, semuanya harus sarapan karena kami sediakan makan," ungkapnya.
Dituturkan Didi, sekolah yang dipimpinnya itu memiliki dua sekolah, yakni SMP Islam Agroganik dan SMK, dengan total jumlah siswanya 76 anak.
Itu terdiri 73 siswa SMP, sedang SMK baru memiliki 3 siswa yakni baru kelas 1. Dari 76 siswa itu, 61 anak napi
Lapas kelas II A Blitar.