Sabtu, 4 Oktober 2025

Pascakerusuhan, 25 Polisi Jaga Rudenim Belawan

Pascaperkelahian antarsesama warga negara Myanmar di Rumah Detensi Imigrasi

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Pascakerusuhan, 25 Polisi Jaga Rudenim Belawan
Tribun Jakarta/Bahri Kurniawan
Suasana di Rudenim Belawan Medan

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN -- Pascaperkelahian antarsesama warga negara Myanmar di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan, yang menewaskan delapan orang, Kanwil Kemenkumham Sumut melakukan pengawalan dibantu personel kepolisian sejak Jumat hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Kasubag Bagian Humas dan Laporan Kanwil Kemenkumham Sumut Hasran Sapawi mengatakan, hal itu mereka lakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Hasran menjelaskan, hingga Sabtu (6/4/2013), pihaknya tetap berkordinasi dengan Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta. Termasuk membicarakan, apakah delapan warga Myanmar yang tewas pada bentrokan Jumat dini hari, dipulangkan ke negara asal atau dimakamkan di Medan.

"Kita tetap melakukan koordinasi dengan kedutaan mereka, apakah mayat dipulangkan atau dikuburkan di sini. Itu tergantung hasil negosiasi nanti. Pascakejadian beberapa upaya telah kami lakukan, salah satunya memperketat pengamanan dengan bekerja sama dengan kepolisian Belawan, sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan," ujarnya.

Ia menambahkan, sebanyak 25 personel polisi dari Polres Belawan berjaga di Rudenim Belawan.  Namun, Hasran belum dapat memastikan apakah perwakilan Kedutaan Besar Myanmar sudah  ke Medan atau belum.

"Kita tetap melakukan pembicaraan dengan Kedubes Myanmar di Jakarta. Saya belum mendapat informasi apakah pihak mereka sudah ke Medan atau belum. Saya juga belum dapat memberikan komentar panjang terkait apakah warga yang ditangkap perkara illegal fishing bisa ditempatkan di rudenim atau tidak," ujarnya.

 Ditanya ke depan, rudenim akan memberlakukan klasifikasi warga negara asing, Hasran mengatakan, tergantung kondisi di lapangan. Menurutnya, saat ini saja rudenim sudah over kapasitas. Namun ia menambahkan, pengklasifikasian atau pemisahan bisa dilakukan asal ada kajian mendalam.

"Kita lihat di lapangan, dan perlu kajian mendalam," katanya. Hasran pun belum mau berandai-andai apakah warga negara asing (WNA) di rudenim akan dipulangkan atau dicarikan negara bagi mereka untuk memperoleh suaka.

Terpisah, Kadiv Imigrasi Kanwil Kemenkumham Sumut Rustanov, saat dikonfirmasi via telepon seluler tak banyak memberi jawaban, saat ditanya kelanjutan delapan mayat warga Myanmar yang tewas di Rudenim Belawan.

Rostanov hanya mengatakan, Kedutaan Besar Myanmar menyampaikan terima kasih karena cepat mengevakuasi dan membantu kelancaran proses pengusutan perkara.

"Belum-belum. Mereka belum datang. Tetapi mereka sudah menyampaikan terima kasih kepada kami, yang membantu proses pengusutan perkara ini. Saya sedang ada acara, sudah ya terima kasih," ujarnya.

Tim DVI Sumut, yang mengidentifikasi delapan jenazah korban bentrok di Rudenim Belawan,  meminta bantuan Interpol untuk menghubungi Kedutaan Besar Myanmar, guna mengetahui apakah para korban itu dibawa ke Myanmar atau dikuburkan di Medan.
"Kita sudah minta bantuan Interpol untuk menghubungi Kedubes Myanmar, apakah delapan mayat ini dibawa ke Myanmar atau dikuburkan di sini. Senin, kita akan dapat jawaban dari Dubes Myanmar," kata Kabid Dokter Kesehatan Polda Sumut dr Harianto, Sabtu (6/4).

Ia menuturkan, saat ini tim DVI sudah bekerja di ruang autopsi  RSU dr Pirngadi untuk mengetahui apa yang didapatkan di tubuh korban seperti tindik/tato atau data yang dibawa korban sebelum meninggal.

"Kita juga sudah mengambil foto, sidik jari dan DNA untuk persiapan menyamakan data sebelum korban meninggal. Sidik jari kita dapatkan dari pihak imigrasi, kita juga mengambil foto dan properti yang dipakai korban sebelum meninggal untuk kita tunjukkan kepada teman korban. Kalau DNA nantinya kita minta dari Kedubes Myanmar, namun belum kita lakukan. Ini semua untuk proses identifikasi delapan jenazah," katanya.

Kepala Instalasi Forensik RSUD dr Pirngadi Medan dr Surjith Singh mengatakan, sebagian besar korban mengalami benturan benda tumpul dan tajam pada bagian kepala dan dada.

"Kita hanya mencari apakah korban mengalami kematian akibat benda tumpul atau benda tajam," katanya.(irf/cr5)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved