Sabtu, 4 Oktober 2025

Embung Meluap Sapu Permukiman Penduduk

Masyarakat Desa Lerahinga, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata, Kamis (14/3/2013) sore, dikagetkan oleh banjir besar

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Embung Meluap Sapu Permukiman Penduduk
Tribun Medan/DEDY SINUHAJI
Ilustrasi banjir

 Laporan Wartawan Pos Kupang, Feliks Janggu

TRIBUNNEWS.COM, LEWOLEBA--Masyarakat Desa Lerahinga, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata, Kamis (14/3/2013) sore, dikagetkan oleh banjir besar yang menghantam pemukiman mereka.

Banjir berasal dari tiga kali mati yang menampung luapan embung sekitar tiga kilometer di bukit, bagian selatan pemukiman penduduk.

Akibatnya, 51 rumah penduduk rusak dan ratusan masyarakat mengungsi di gereja dan rumah kerabat lain. Mereka juga dibantu dua tiga tenda darurat yang dibangun oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lembata.

Di antara 51 rumah yang rusak, enam rumah rusak berat dan tidak bisa lagi dihuni pemiliknya. Material pasir dan bebatuan menutup sebagian  rumah warga. Tiga rumah rusak sedang dan lainnya rusak ringan.

Bagian  Protokol Humas Pemkab Lembata, Damianus Dudeng, dan Sekretaris BPBD Lembata, Anton Suban Hali, kepada Pos Kupang Jumat (15/3/2013) mengatakan, Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur malam harinya langsung menemui masyarakat di sana.

"Bupati dengar kemarin sore dan langsung turun. Sampai di sana, bupati perintahkan agar turunkan dua exavator untuk mengurai aliran air buka sampai ke laut," tutur Dudeng.

Sedangkan masyarakat mengungsi ke gereja, dibuatkan tenda. Bupati juga memerintahkan agar Dinas Sosial (Dinsos) Lembata menurunkan bantuan beras kepada pengungsi. Dudeng mengatakan, penguraian aliran kali mati dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan banjir susulan, mengingat curah hujan masih tinggi di Lembata.

Suban Hali menjelaskan, ratusan warga pemilik  51 rumah yang rusak itu mengungsi. "Ada 131 kepala keluarga atau 488 jiwa. Mereka tinggal di tenda saja untuk sementara, ada yang tinggal di gereja dan ada yang di rumah kerabat," kata Suban Hali.

Mengutip informasi kepala desa setempat, Suban Hali mengungkapkan bahwa kejadian ini baru terjadi lagi. Kejadian yang sama pernah terjadi sekitar 48 tahun yang lalu. "Kepala desa setempat menginformasikan bahwa ini pernah terjadi 48 tahun lalu. Selama ini kali-kali mati sudah tidak ada air. Sehingga masyarakat membangun pemukiman di sekitar kali," tutur Suban Hali. Pemerintah, jelas Suban Hali, akan segera melanjutkan informasi bencana ini kepada pemerintah propinsi dan selanjutnya kepada pemerintah pusat di Jakarta. *

Baca  Juga  :

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved