Penulis Novel Perempuan Berkalung Sorban Pernah Dianggap PKI
Dari novelnya yang ditulis dengan bahasa lugas, Abidah sempat dicap sebagai PKI oleh seorang Kyai.
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG – Memperjuangkan kesetaraan perempuan dalam sebuah tulisan adalah hal yang dilakukan penulis novel “Perempuan Berkalung Sorban”, Abidah El Khlaieqy.
Melalui buku novel fiksinya, Abidah pernah mendapat anggapan sebagai PKI dari seorang Kyai sebuah Pondok Pesantren. Bahkan, kesuksesan film yang diangkat dari novelnya pun sempat mendapatkan sorotan tajam yang cukup kontroversial.
Abidah dalam diskusi “Apresiasi Sastra” di DuniaTera, Jalan Bala Putra Dewa 55, Borobudur, Magelang, menuturkan proses kreatifnya untuk membuat sebuah novel. Diskusi tersebut diikuti puluhan siswa SMA dan SMK di Kabupaten Magelang. Ia membagikan keahliannya menulis untuk menginspirasi siswa sekolah tersebut.
“Meskipun novel ini fiksi, namun saya melakukan riset selama 2 tahun bersama dengan yayasan kesejahteraan Fatayat,” ungkapnya memulai diskusinya, Rabu (13/2).
Riset untuk pembuatan tulisan novelnya tersebut dilakukan di sebuah pondok pesantren yang masih bersistem pendidikan tradisional di Kecamatan Kaliangkrik. Abidah yang sempat mengenyam pendidikan Ponpes di Pasuruan, Jawa Timur pun melakukan observasi dan riset secara mendalam di sebuah ponpes selama tiga bulan.
Dari novelnya yang ditulis dengan bahasa lugas, Abidah sempat dicap sebagai PKI oleh seorang Kyai. Namun, ia pun tetap semangat dan tetap kritis memperjuangkan hak-hak perempuan.
“Meskipun saya dihujani dengan kata-kata PKI. Pendapat dan kritikan yang kontroversial, namun tidak menyurutkan saya untuk menulis. Malah 600 santri murid kyai tersebut membawa buku dan meminta tanda tangan saya,” jelasnya.