Kamis, 2 Oktober 2025

Teror di Poso

Warga Poso: Kami Sudah Nyaman, Jangan Diganggu Lagi

Warga Poso, Sulawesi Tengah, tidak ingin daerah mereka dirusak lagi oleh aksi-aksi kekerasan

Editor: Gusti Sawabi
zoom-inlihat foto Warga Poso: Kami Sudah Nyaman, Jangan Diganggu Lagi
Kompas Nasional/AGUS SUSANTO
Kepala Kepolisian Daerah Sulteng, Brigadir Jenderal (Pol) Dewa Parsana (kiri) mendapatkan pemaparan soal penyisiran di Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu (7/11/2012). Sebanyak 200 personel gabungan TNI Polri selama tiga hari menyisir pegunungan Kalora untuk mencari sejumlah terduga teroris dan bahan-bahan peledak yang diduga masih disembunyikan. KOMPAS/AGUS SUSANTO

TRIBUNNEWS.COM, PALU — Warga Poso, Sulawesi Tengah, tidak ingin daerah mereka dirusak lagi oleh aksi-aksi kekerasan yang mengarah pada terpecahbelahnya harmoni yang sudah terbangun baik pascakonflik bernuansa agama 10 tahun silam.

"Jangan lagi kacaukan Poso, kalau ada yang ingin bikin kekacauan, cari medan lain. Jangan di Poso. Kalau masyarakat Poso ditanya, pasti tidak ada lagi yang ingin berkonflik," kata Ketua Gerakan Pemuda Ansor Poso Ibrahim saat dihubungi dari Palu, Kamis malam (21/12/2012).   

Dia mengatakan hal itu terkait adanya peristiwa baku tembak antara polisi dan orang tidak dikenal pada Kamis pagi. Peristiwa itu mengakibatkan tiga polisi tewas dan tiga lainnya luka-luka. Akibat peristiwa tersebut, kata Ibrahim, masyarakat Poso, khususnya di Poso kota, memilih istirahat pada malam hari lebih cepat dari biasanya.   

"Sekarang ini Poso lengang. Tidak seperti biasanya. Malam ini kelihatan masyarakat lebih memilih istirahat malam lebih awal. Kalau ada kejadian seperti itu, kami diam saja dengan harapan aparat bisa menegakkan hukum," kata Ibrahim.

Dia mengatakan, masyarakat Poso tidak mau lagi dipusingkan dengan aksi-aksi kekerasan yang pada akhirnya hanya merugikan masyarakat itu sendiri. Ibrahim meyakini bahwa pelaku tindak kekerasan yang menewaskan polisi bukan orang Poso. "Itu bukan masyarakat Poso. Polisi juga kan sudah menduga bahwa itu orang luar," katanya.

Ibrahim mengatakan, masyarakat Poso sudah berpengalaman atas derita konflik bernuansa agama yang terjadi pada 1998 dan 2000 yang mencabik-cabik harmoni masyarakat yang sebelumnya pernah terbangun baik.

"Makanya, kami minta kalau itu pelaku kekerasan orang luar Poso, tolong keluar dari Poso. Kami ingin hidup tenang," katanya.

Ibrahim mengatakan, akibat peristiwa tersebut, setidaknya membuat masyarakat waswas, apalagi bagi mereka yang bekerja di kebun, khususnya di dekat lokasi terjadinya kontak senjata. "Petani khawatir pergi ke kebun," katanya.

Ibrahim mengatakan, pascakonflik bernuansa agama 10 tahun silam, masyarakat Poso sudah mulai hidup nyaman lagi. Kondisi yang sudah nyaman ini sebaiknya tidak lagi diganggu dengan berbagai bentuk aksi.

"Kami sudah nyaman pascakonflik. Makanya, tadi kami terkejut mendengar ada lagi yang baku tembak," katanya.

Dia mengatakan, salah satu bentuk kepedulian masyarakat atas kelangsungan hidup bermasyarakat adalah dibentuknya Kelompok Masyarakat Poso Anti-Teror beberapa waktu lalu. Anggota kelompok ini terdiri dari para tokoh masyarakat, pemuka agama, dan tokoh pemuda.   

Mereka mendatangi DPRD provinsi meminta keseriusan pemerintah daerah dan kepolisian untuk segera memulihkan Poso dari aksi-aksi teror. Namun, sayangnya, kata Ibrahim, kedatangan mereka terkesan tidak direspons baik oleh anggota dewan.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved