Sabtu, 4 Oktober 2025

Musim Bertelur, Populasi Penyu di Berau Justru Terancam

Pengosongan Pulau Sangalaki yang menjadi kawasan konservasi, berdampak bagi dua jenis spesies penyu langka

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Musim Bertelur, Populasi Penyu di Berau Justru Terancam
Tribun Kaltim, Geafry Necolsen
Petugas konservasi tengah merelokasi telur penyu agar terhindar dari ombak maupun predator yang bisa mengancam populasi penyu. Kini populasi penyu terancam karena konflik kepentingan manusia.

Laporan wartawan Tribun Kaltim, Geafry Necolsen

TRIBUNNEWS.COM  TANJUNG REDEB,– Pengosongan Pulau Sangalaki yang menjadi kawasan konservasi, berdampak bagi dua jenis spesies penyu langka dan dilindungi, yakni penyu hijau dan penyu sisik.

Seperti diberitakan sebelumnya, pengosongan pulau Sangalaki disebabkan oleh kekecewaan masyarakat Berau karena biaya retribusi di Pulau Sangalaki dinilai sangat mahal dan warga juga kecewa karena tidak dilibatkan dalam pengelolaan kawasan konservasi.

Konflik tersebut tidak hanya berdampak bagi iklim pariwisata, namun juga mengancam populasi penyu. Hal tersebut dikemukakan oleh Kepala Yayasan Penyu Berau (YPB), Ahang Moord, saat ditemui Tribun News Network di ruang kerjanya, Jumat (28/9/2012).

Ahang mengatakan, pengosongan Pulau Sangalaki akan berdampak terhadap kelangsungan penyu hijau dan penyu sisik. Terutama bulan September hingga November adalah musim penyu bertelur.

“Pengosongan pulau (Sangalaki) ini akan sangat berdampak pada populasinya, karena bulan ini akan banyak tukik yang menetas,” ungkap Ahang. Pada saat musim penyu bertelur seperti sekarang, menurut catatan YPB bisa mencapai 3000 butir telur penyu.

“Bulan-bulan ini sudah puncaknya, bisa mencapai 30 sarang per hari dengan jumlah rata-rata telur penyu 100 butir per ekor,” jelasnya.

Jumlah itu belum termasuk telur yang berada di hatchery (penetasan telur) saat ditinggalkan. Tukik (anak penyu) yang terjebak dalam hatchery tersebut dikhawatirkan akan mati jika tidak dibantu petugas untuk dilepas ke laut.

“Kemarin (27/9/2012) ada penyu yang tersangkut akar pohon, terjebak tidak bisa keluar, ini hanya contoh kecil dampak pengosongan pulau,” kata Ahang. Dari pengalaman petugas konservasi, sebatang kayu saja bisa menyebabkan penyu atau anak penyu terjebak di pulau.

YPB tidak ingin mencampuri konflik atara BKSDA dan masyarakat serta enggan berkomentar terkait hal itu. Namun sebagai yayasan yang ikut menangani langsung konservasi penyu, pihaknya merasa khawatir jika situasi ini dibiarkan berlarut-larut akan mengancam populasi penyu.

Pulau Sangalaki sendiri, hanya dikelola oleh tiga organisasi, yaitu Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), World Wide Fund (WWF) dan Yayasan Penyu Berau (YPB).

Meski pulau tersebut sudah diamankan oleh pihak kepolisian, namun telur penyu tersebut memiliki predator alami, misalnya burung, tikus dan biawak yang banyak ditemukan di Pulau Sangalaki.

Biasanya, saat situasi normal, petugas akan memindah sarang-sarang telur ke tempat yang aman. “Yang jauh dari garis pantai agar tidak terkena air laut dan aman dari predator, biasanya relokasi sarang bisa sampai 4 kali sehari, pagi, siang, sore sampai malam,” terang Ahang.

Baca Juga  :

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved