Minggu, 5 Oktober 2025

Penambang Pasir Didemo Warga

beramai-ramai mengusir backhoe penambang pasir atas nama Sardjiyo yang juga merupakan warga setempat.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Penambang Pasir Didemo Warga
TRIBUN JOGJA
Puluhan warga sepanjang sungai Progo Dusun Klurahan, Talkondo, Trimurti dan Poncosari, Srandakan Bantul, beramai-ramai mengusir backhoe penambang pasir atas nama Sardjiyo yang juga merupakan warga setempat.

TRIBUNNEWS.COM BANTUL, - Puluhan warga sepanjang sungai Progo Dusun Klurahan, Talkondo, Trimurti dan Poncosari, Srandakan Bantul, beramai-ramai mengusir backhoe penambang pasir atas nama Sardjiyo yang juga merupakan warga setempat.

Langkah ini terpaksa dilakukan warga akibat aktivitas penambangan yang dilakukan oleh Sardjiyo sejak lebaran kemarin, selain mengakibatkan kedalaman sumur warga bertambah juga lantaran perlakuan yang tidak adil oleh Satpol PP yang pilih kasih dalam memperlakukan penambang pasir.

"Kami pertama protes karena penambangan menggunakan backhoe ini tergolong besar mengakibatkan sumur warga banyak yang asat alias habis airnya," keluh Zahrowi (43) salah satu warga pada Tribun disela aksi, Rabu (5/9/2012).

Lanjutnya, yang kedua warga mempertanyakan, mengapa ketika warga yang menambang pasir dengan alat konvensional cepat-cepat mendapat teguran dari satpol pp, tetapi penambangan ini tidak dilarang.

"Sebelumnya warga sudah melakukan peringatan pada aktivitas penambangan tersebut, namun tidak digubris. Warga lain juga sudah memberitahu pihak satpol pp, namun tidak mendapatkan respon apapun," ujar Zahrowi.

Bahkan pernah beberapa waktu lalu ia dan beberapa warga pasang badan, tatkala didatangi oleh satpol pp karena nekat menambang pasir disepanjang sungai Progo.

"Saya dan warga pernah melawan satpol pp yang jumlahnya puluhan itu, kami tanya, kenapa kami yang hanya penambang kecil mau ditangkap dengan alasan perda, kalau perlu perdanya diubah saja," tandasnya.

Ia dan warga menuntut agar penambangan yang dilakukan oleh kelompok tani Bismo yang diketuai oleh Sardjiyo menghentikan aktivitas penambangan mulai hari Rabu (5/9/2012).

Warga lain dari Desa Trimurti bernama Waluyo (41) mengatakan, akibat aktivitas penambangan tersebut, sumur-sumur warga berangsur berkurang airnya.

"Kedalamannya jadi tambah sekitar 2-3 meter, airnya jadi keruh. Soalnya sungainya semakin dalam karena pasirnya diambil, jadi air sumur warga sekitar sungai cepat meresap ketanah," ungkapnya.

Sepengetahuannya, setiap hari aktivitas penambangan ini melibatkan 100an lebih truk pengangkut pasir, sedangkan ada tiga buah backhoe yang digunakan.

"Ada kalau cuman 100 an truk dari pagi hingga sore mengangkut pasir setiap harinya," katanya.

Sementara itu dari aksi protes warga ini, dua dari tiga backhoe yang digunakan untuk menambang pasir, usai dipaksa berhenti beroperasi dan diarak beramai-ramai oleh warga dari sungai progo ke tepi jalan, sesaat kemudian diangkut menggunakan Truk Tronton.

Sebelum aksi dilakukan warga, pihak Sardjiyo bersedia membuat surat pernyataan bermaterai ditandatangani oleh warga sebagai saksi serta Kadus Klurahan. Isinya bahwa pihak Sardjiyo selaku ketua kelompok tani Bismo menyatakan akan menghentikan aktivitas penambangan di sepanjang sungai Progo selamanya.

Sayangnya, pihak Sardjiyo ketika akan dimintai konfirmasi oleh media tidak diketahui keberadaanyya, hanya seorang karyawan yang bertugas sebagai operator saja yang ada dirumahnya yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari lokasi penambangan.

"Saya ngga tahu dimana pak Sardjiyo, saya hanya operator Backhoe jadi tidak tahu apa-apa," ujar Yono pada Tribun, Rabu (5/9/2012).

Baca Juga  :

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved