Gas Tangkubanparahu Ancam Pengunjung
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) memasang sejumlah spanduk peringatan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Zezen Zaenal
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) memasang sejumlah spanduk peringatan bagi para pengunjung Taman Wisata Alam (TWA) Tangkubanparahu. Pemasangan spanduk peringatan terkait status Gunung Tangkubanparahu yang masih waspada atau level 2. Spanduk-spanduk itu dipasang mulai pintu masuk atau pintu loket hingga di areal kawah Tangkubanparahu.
Berdasarkan pantauan Tribun, spanduk dan baligo itu berisi imbauan bagi para pengunjung agar tidak mendekati areal kawah baik Kawah Upas maupun Kawah Ratu, dua kawah utama di Tangkubanparahu.
Bahkan pada salah satu spanduk berukuran sekitar 1x2 meter yang terpasang di sekitar pos pengamanan itu berisi peringatan untuk tidak mendekati kawah sejauh 1,5 kilometer.
Peringatan itu dipertegas dengan tulisan bahwa "peringatan tersebut merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat sesuai dengan surat Kementrian Kehutanan Dirjen PHKA BKSDA No. S.XRE/BBKSDA/JABAR:2/TGL.28082012 berkenaan dengan informasi kepala pusat vulkanologi dan mitigas bencana geologi (PVMBG) yang melarang pengunjung untuk mendekati kawah dalam radius 1,5 kilometer.
Apalagi PVMBG sebelumnya menilai demi menjaga keselamatan Taman Wisata Tangkubanparahu seharusnya sudah ditutup untuk umum. Pasalnya dikhawatirkan terjadi letusan yang sifatnya tidak terduga atau letusan phreatik.
Menurut Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Badan Geologi Kementrian ESDM, Hindrasto, letusan yang bersifat phreatik sangat sulit ditebak. Dikhawtirkan letusan akan mengeluarkan bom vulkanik (batu panas) yang bercampur gas.
"Itu akan membahayakan pengunjung dan pedagang yang sedang berktivitas. Kalau dibuka bebas seperti sekarang dan tiba-tiba meletus mana sempat kita ngasih tahu. Letusan phreatik itu bisa sangat cepat," ujar Hindrasto saat ditemui di Kantor Pengamtan Gunung Api Tangkuban Parahu, Cikole, Kabupaten Bandung Barat, belum lama ini.
Dikatakan Hindrasto mengatakan selain letusan phreatik, gas Co (karbon monoksida) yang sifatnya tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwrna itu bukan tidak mungkin kadarnya meningkat tiba-tiba. Sebab, kata dia, cuaca pegunungan seperti Tangkubanparahu sangat sulit diprediksi.
"Untuk menutup bukan keputusn PVMBG, kita sudah memberikan rekomendasi, tinggal Pemkab yang menentukan," katanya.